Ilustrasi: Handy Saputra
BUTIK ANTIK LIVIA adalah tempat yang memancarkan pesona klasik dan misteri. Lampu-lampu gantung yang biasanya menyala lembut malam itu tampak redup, menciptakan suasana yang semakin menegangkan. Bau parfum yang semula menyegarkan kini tergantikan oleh aroma kematian yang menusuk. Shofy, detektif berpengalaman dengan tatapan tajam dan penuh fokus, memasuki butik dengan langkah mantap. Di belakangnya, Satya, rekannya yang ahli forensik, mengoperasikan perangkat digital canggihnya untuk merekam bukti-bukti. Di tengah-tengah ruangan, Livia, pemilik butik, berdiri dengan ekspresi cemas, wajahnya pucat dan tubuhnya bergetar ketakutan.
“Apakah Anda bisa menjelaskan apa yang terjadi di sini, Livia?” tanya Shofy dengan nada serius. “Kami menerima laporan ada mayat di tempat ini.”
Livia meraih lengan Shofy dengan tangan yang bergetar. “Saya tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ketika saya datang ke sini, saya menemukan Raka di lantai, sudah tidak bernyawa.”
Satya, yang sedang memeriksa salah satu sudut ruangan, menghentikan pekerjaannya dan mendekat. “Raka, mantan kekasih Anda, kan? Mengapa dia bisa berada di sini malam ini?”
Livia menatap Satya dengan mata penuh ketidakpastian. “Raka baru saja menerbitkan buku baru yang konon terinspirasi dari tempat-tempat antik seperti butik ini. Dia sering datang untuk mencari inspirasi. Mungkin dia menemukan sesuatu yang tidak seharusnya ditemukan.”
Shofy meneliti ruangan yang penuh barang-barang antik, dan pandangannya tertuju pada sebuah cermin besar yang tergantung di dinding. Cermin itu berbingkai ornamen rumit yang tampak sangat kuno. “Ada sesuatu yang aneh dengan cermin ini,” katanya sambil mendekati cermin.
Satya, yang telah selesai dengan perangkatnya, ikut memeriksa cermin tersebut. “Cermin ini mungkin lebih dari sekadar barang dekoratif. Ada kemungkinan sesuatu yang tersembunyi di baliknya.”
Livia memandang cermin dengan gugup. “Saya tidak pernah merasa ada yang aneh dengan cermin ini. Sudah ada sejak butik ini dibuka.”
Shofy memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut. Dengan hati-hati, ia dan Satya mulai membuka cermin dari dindingnya. Di balik cermin, mereka menemukan sebuah ruangan kecil yang penuh dengan barang-barang pribadi, seperti surat-surat dan foto-foto serta sebuah kotak kayu kecil. Satya membuka kotak tersebut dengan hati-hati, dan menemukan sebuah catatan yang ditulis tangan. Catatan itu berisi pengakuan tentang beberapa skandal yang melibatkan Livia dan Raka, serta beberapa ancaman terhadap mereka.
“Ini tampaknya catatan ancaman,” kata Satya dengan nada serius. “Ada lebih banyak hal yang terjadi antara Anda dan Raka, Livia.”
Livia merasakan kepanikan yang semakin dalam. “Saya tidak tahu bagaimana catatan itu bisa ada di sana. Raka pasti meletakkannya.”
Shofy memeriksa catatan tersebut dengan teliti. “Ada satu bagian yang menarik di sini. Catatan ini menunjukkan bahwa seseorang yang dekat dengan Anda mungkin terlibat dalam ancaman ini.”
Livia tampak semakin terguncang. “Saya tidak tahu apa maksud Anda. Saya hanya ingin menghindari masalah.”
Satya menyadari sesuatu yang aneh. “Tunggu, ada dua tulisan tangan berbeda di dalam catatan ini. Jadi, siapa pelakunya sebenarnya?”
Shofy memandang sekeliling butik, mencoba memecahkan teka-teki ini. “Ada sesuatu yang salah di sini. Kita perlu mengungkap siapa yang benar-benar bertanggung jawab.”
Setelah melakukan penyelidikan lebih lanjut, Shofy dan Satya mengumpulkan semua bukti dan memeriksa kembali semua informasi. Terungkaplah bahwa Raka sebenarnya adalah penulis skandal yang merancang ancaman dan skandal untuk memeras Livia. Raka telah membuat rencana jahat untuk memanfaatkan ketenaran bukunya dengan cara mencemarkan nama baik Livia. Dia berniat memeras Livia dengan mengancam akan mengungkapkan skandal yang tidak pernah terjadi jika dia tidak membayar sejumlah uang.
Ketika Livia menyadari rencana tersebut dan menolak untuk membayar, situasi semakin buruk. Raka mulai mengancamnya secara langsung. Dalam konfrontasi yang penuh ketegangan, Livia terpaksa bertindak dalam pembelaan diri. Dia menggunakan sebuah benda tajam yang kebetulan berada di dekatnya untuk melawan Raka dan akhirnya menyebabkan kematian Raka.
Namun, kenyataan ternyata lebih mengejutkan. Satya menemukan bukti bahwa Raka sebenarnya adalah orang yang membuat ancaman dan skandal palsu untuk memanipulasi semua orang di sekelilingnya. Catatan ancaman yang ditemukan sebenarnya adalah bagian dari rencana Raka untuk memfitnah Livia dan mengaitkan dirinya dengan pembunuhan yang sebenarnya dia rancang sendiri.
Shofy dan Satya menghadap Livia dengan bukti-bukti yang telah dikumpulkan. “Kami telah menemukan bahwa Raka adalah otak di balik semua ini,” kata Shofy dengan nada penuh perhatian. “Dia merancang skandal ini untuk memeras Anda dan kemudian mengubahnya menjadi skandal yang memfitnah Anda.”
Livia tampak terkejut dan lega pada saat yang sama. “Jadi, Raka benar-benar memanipulasi saya? Saya tidak tahu harus bagaimana. Saya hanya bertindak dalam keadaan panik.”
Di ruang tunggu polisi, Livia duduk dengan penuh kelelahan. Cermin besar yang kini terletak di ruang pamer butik tampak seperti saksi bisu dari semua drama dan skandal yang telah terjadi. Shofy dan Satya keluar dari butik, melangkah ke malam Jakarta yang cerah, memikirkan betapa tipisnya batas antara kebenaran dan kebohongan, serta kompleksitas kehidupan manusia di balik cermin kehidupan.
BIODATA
Muhamad Dupi, adalah seorang mahasiswa dengan minat utama dalam menulis cerpen, artikel non-fiksi dan melukis.
Handy Saputra lahir di Denpasar, 21 Februari 1963. Pameran tunggal pertamanya bertajuk The Audacity of Silent Brushes di Rumah Sanur, Denpasar (2020).