Desa Keliki – Subak Lauh Batu, Desa Keliki adalah salah satu area sawah yang merupakan bagian dari destinasi wisata.
GIANYAR, Balipolitika.com – Desa Wisata Keliki, di Tegalalang, Gianyar Bali, adalah salah satu destinasi wisata yang kian terkenal.
Namun tak hanya sekadar destinasi wisata, Desa Keliki melakukan pengelolaan sampah hingga memakai energi ramah lingkungan.
Ketut Wita, Kepala Desa Keliki, menjelaskan bahwa mindset warganya dahulu adalah tantangan besar dalam perjalanan desanya menjadi destinasi wisata.
“Dulu mindset masyarakat di sini (Keliki), belanja lalu sampahnya buang sembarangan. Banyak yang mencemooh juga,” katanya dalam kunjungan rombongan media bersama AJI Denpasar dan Nexus ke Desa Keliki.
Sudah 4 tahun, kepala desa yang dulunya mantan satpam ini menjabat, walau demikian ia tidak patah arang.
Pihaknya pun membentuk kader kebersihan dan Pokdarwis, serta membentuk tim pelaksana kegiatan TPS3R.
Masalah lain datang, tidak ada yang mau mengurusi sampah, alasan tidak ada upah dan takut akan bau yang menggangu menjadi dalih saat itu.
“Saya minta tolong adik saya, ya biar pun upah kecil, tapi kami akan usahakan anggarannya,” jelasnya, sembari mengatakan bahwa Desa Keliki terdiri dari 2 desa adat.
Desa Adat Keliki dengan 7 banjar dan Desa Adat Subali dengan 3 banjar. Keinginan agar Desa Keliki berkembang, juga dengan penataan kuburan di dekat area Subak Lauh Batu.
“Dana sukarela dari masyarakat, kemudian warga juga membantu penataan pura dalem kami,” sebutnya.
Kemudian di dekat pura dalem tersebut, ada area yang dibangun TPS3R, untuk pengelolaan sampah warga.
“Saya punya visi-misi, Desa Keliki asri, aman, sehat, dan indah. Kalau banyak sampah di jalan kan gak bagus ya,”tegasnya.
Tidak hanya itu, ia juga memberdayakan warga agar menjadi tuan rumah di tanahnya sendiri. Serta memperketat investor jika ingin membangun di wilayah Keliki.
“Saya tidak mau seperti wilayah lain, jangan sampai masyarakat malah jadi penonton di wilayahnya sendiri,”ujar pria yang 26 tahun bekerja di Ubud ini.
Ia ingin penduduk Desa Keliki yang jumlahnya sekitar 5.000an, menjadi pemilik atas tanahnya sendiri. Walaupun saat ini 80 persen masih aktif menjadi petani, selain sebagai buruh bangunan dan proyek.
Hal itu juga diikat oleh pararem (aturan), khususnya di Subak Lauh Batu. Bahkan di Subak Lauh Batu, pihaknya menggunaan listrik berbasis panel surya atau solar panel. Sehingga sangat ramah lingkungan. (BP/OKA)