Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi Rifqi Septian Dewantara

Ilustrasi: Saka Rosanta

 

Aku Membaca Dunia

Aku membaca dunia. Peta-peta yang kau tulis sepanjang dada – berlari di mataku

Tak ada yang bisa kau tulis selain musim di tanganmu, huruf-huruf saling bersembunyi di bilik pustaka

Tata bahasa dan kosa kata; seperti ekskursionis pohon pinus 1000 tahun silam. (Identity) kertas yang malang menjadi tumpukan buku dan riset hukum lingkungan

“Bagaimana jika tanah dan tanah saling membunuh? apakah manusia dapat hidup di masa depan?”

Kita seperti asing menjawab itu. Sebuah pensil menjelma karet penghapus. (Non-identity). Mencorat-coret sembarang mata dan tangan. hapus

Tuhan tertawa. Hapus… hapus… hapus…
Ia menghapus… sebuah jawaban.

Aku dan jawaban saling mengutuk. Seperti sobekan kertas; hapus. pensil dan tanah – hapus. Dunia terhapus. Jawaban menjadi salah. Segala hal adalah salah. Aku membaca kesalahan.

2023

 

Biografi Bahasa

Kepalaku adalah transposisi or transmiter
kalimat asing di sinismu. Struktur kata-kata berusaha menghilangkan (identity) bahasa:
– Slang +62
– Sanskerta
– Arab
– Melayu
– Ibrani
– Hindi
– Jawa
– Sunda
– Bugis dan,
– Aksen daerah

Kepalaku revisi membaca bahasa umum

/
Sebuah bedil; menembak kalimat
gaungnya berdengung di telingaku
rintih makna, jatuh ke dasar perpustakaan
“mampus kau tidak mengerti bahasa”

/
Sementara mesin ketik berusaha
agresi mencatat data kematian .
anonim; bahasa kehilangan (identity)

2023

 

Kematian Massal

Apakah jasa peti yang kau pesan hari ini mengundang mereka kebahagiaan? tetapi kesedihanmu barangkali terkubur di media massa

2023

 

Sebuah Relaksasi Masa Depan

Mengapa akhir-akhir ini seluruh aku; berdiam-desak ke dunia baru? hidup seperti memenjara nafas sendiri, bercemas sendiri-sendiri, ngeriwik sendiri-sendiri, menangis sendiri-sendiri

Sejak barikademu meneror (gerombolan-massa-inferior) di televisi, dari tayangan otoriter dan pasukan-pasukan kuda malam

Aku takut jelaga tumbuh di perutku. Seperti orang lemas yang melemahkan tubuh sendiri; karena makananku telah disediakan warga negara asing

Aku takut mataku hilang. Seperti bahasa yang kehilangan (identity) ketika puisi diguyur hujan dan banjir kopi

Aku takut lidahku hilang. ketika suara diganti oleh tombol-tombol percepatan pascamodernisme

Aku takut tak bisa ke mana-mana; lokasi dan struktur tubuhku dikenal material bangunan lain. Mengintip (identity) kantong baju ketika mengambil pulpen yang kusimpan di koper mesin tik

Aku takut ketika pulang ke rumah, Tuhan menyasar di kepala negara

Manipulatif di sekitarku melempar seluruh aku; di dalamnya.

2023

 

Profesi Dadakan Kelangsungan Hidup

Manusia memaksa kembali; dirinya hidup seperti tiang-tiang dilarang keluar malam

Sebuah kematian menerawang upah dan kerja keras – setengah kematian menjelma anggaran pemerintah

2023

 

Usaha Menjadi Narsistik

Seorang bertanya, “adakah cermin di rumahmu?”
seorang menjawab, “aku berkaca di kamera ponselku”
di situ sekarang hidup manusia bekerja –
dari aplikasi ke aplikasi: kitab digital
(yang tak pernah dibaca)

Media sosial menyeberang jalan ke badan intelijen negara, mengelak kematian navigasi

Aku masih melihat tubuhnya di situ
setiap orang menjadi struktur bangunannya sendiri-sendiri
mereka tak bisa menyembunyikan dirinya kembali manusia menjadi notifikasi yang terus berdering di mana-mana

2023

 

Teknokrasi

Dunia berlari ke belakang,
diam-diam terhalau teknokrasi
dunia menetap, dunia yang menetap bungkang bangking
dari keadaannya sendiri.
dunia yang mundur, dunia mundur membelakangi masa lampau

Aku tersingkir; melihat kebodohan dari atas langit.

2023

 

BIODATA

Rifqi Septian Dewantara, lahir di Balikpapan, Kalimantan Timur, Mei 1998. Karya-karyanya pernah tersebar di sejumlah media online dan buku antologi bersama. Kini, bergiat dan berkarya di Halmahera, Maluku Utara. Bisa disapa melalui Facebook: Rifqi Septian Dewantara.

Saka Rosanta, lahir di Bali, 27 Oktober 1981. Ia gemar melukis sejak kanak. Ia pernah berpameran bersama, antara lain di Galeri Nasional Jakarta. Selain melukis, ia juga menulis prosa. Ia aktif di Komunitas Rumah Berdaya di Denpasar.


Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!