Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi M. Allan Hanafi

Ilustrasi: Gede Gunada

 

Burung Empat Sayap

dalam hatimu ada burung
dan harum hangat sup
wanginya rekah ke luar

gagalkan malaikat
yang ingin tebang pohon
tempat burung itu bersarang

ialah suamimu
yang kini pemburu
peluru-peluru senapannya
terbuat dari patahan cinta
menargetkan burung itu
untuk dijadikan sup

“apa maumu?” hardikmu
seperti sebuah bunga
tertimbun reruntuhan rumah

“biarkan aku membidik burung itu!”

lalu burung itu terbang
keluar dari hatimu
menjauh menuju langit

setibanya di pintu langit
ia sadar ada lubang di tubuhnya
serta darah melengkapi warna
dari bulu-bulunya
di keempat sayapnya

 

Pohon Tua

Pohon yang telah tua itu berbunga.
Kemudian berbuah & berbuah.
Meski tahu akan dibakar & dihapus.

Bunga kuningnya jatuh. Karena kerling
Daun-daunnya. Yang telah menyentuh tanah.
Dan kini terbawa angin. Menuju pembakaran.

Pohon tua itu senyap. Seakan lenyap.
Nanti sisa akar pohon jadi saksi. Di mana ia
Pernah berdiri.

Sebelum seekor burung mengiringnya. Saat makhluk bersayap
Cahaya menggiringnya. Menjebloskannya ke surga.

 

Mande Rubayah

/1/
perahu itu berlabuh
saat dermaga penuh
oleh cahaya
seakan ada tangan yang direntangkan
untuk kepulangan si durhaka

/2/
aku telah teperdaya
untuk percaya padamu, nak

laut telah mengubahmu sebegitu rupa
sebagai kristal garam

/3/
suamiku, masih hidup atau matikah kau?
anak kita sekarang sudah membesar
dan lidahku berada di luar kehendakku
ia seperti ular di balik batu pada pantai itu

 

Kain Albanat

“gadisku, kain yang terbawa arus banjir itu,
harus kami akui milikmu.

ia menipu kami darimu.

bahwa di kota ini, lampu-lampu padam
adalah pantulan dirimu.
nyawa bagi kapal-kapal kami
yang akan berlayar dan tenggelam.

maka akuilah, gadisku,
kain itu menipu kami darimu.

kain itu menyapu suara kami
ke arah langit seperti bangkai.”

“ya, kain itu memang milikku.
tapi aku bukan gadismu. dan tidak ada
kapal yang akan tenggelam. tidak ada juga
sebuah banjir. pun tidak ada bangkai.
tidak ada pula yang tersapu ke arah langit.
maka, tolong,
keluarlah kalian dari dalam kepalaku!”

 

Apel Merah

apel merah di dadamu
ingin sekali kupetik
kumakan
agar jadi darah
mengalir dalam tubuhku
terpompa jantung
sebelum didatangi serangan jantung

tapi apel merah itu busuk
sebelum kupetik
biarkan dirinya habis
di mulut ulat
yang ingin bermetamorfosis
di balik daun-daunku
yang lama telah koyak
oleh ulat-ulat lain

 

BIODATA

M. Allan Hanafi lahir di Ampenan, Lombok. Puisi-puisinya terbit di media cetak dan online. Ia bergiat di Komunitas Akarpohon Mataram.

Gede Gunada lahir di Desa Ababi, Karangasem, Bali, 11 April 1979. Ia menempuh pendidikan seni di SMSR Negeri Denpasar. Sejak 1995 ia banyak terlibat dalam pameran bersama. Ia pernah meraih penghargaan Karya Lukis Terbaik 2002 dalam Lomba Melukis “Seni itu Damai” di Sanur, Bali; Karya Lukis Kaligrafi Terbaik 2009 dalam Lomba Melukis Kaligrafi se-Indonesia di kampus UNHI Denpasar.

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!