Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

PUISI-PUISI SAPTO WARDOYO

Ilustrasi: Ignatius Darmawan

 

SAJAK BUKU

Serupa huruf-huruf yang menjelma kata, lalu
menyelinap dalam sebuah buku
Segala riwayat itu datang silih berganti lalu
menjelma airmata
Bahagia hanya serupa tanda baca dan sejenak jeda
Sebelum kesedihan demi kesedihan kembali
dituliskan untuk memenuhi halaman

Adakah halaman yang menyimpan jejak senyuman
atau kebahagiaan, tanyamu
Aku tak mampu memberikan jawaban. Tapi tak
usah cemas, kataku
Bukankah kita sudah meniupkan doa-doa, atau
serupa jalan pulang bagi segala kegembiraan
Yang terkadang lebih suka mengembara, menuju
tempat-tempat tak bernama

Setelah lembar terakhir kita menutup sebuah buku
serupa waktu melipat masa lalu
Melupakan segala jejak musim. Baik yang
menyalakan api atau yang meniupkan gigil
Dan pada lembaran yang baru, kita kembali
meruncingkan waktu
Apa yang akan kita tulis, tanyamu. Barangkali bukan
airmata, tapi
Semenjak anak-anak memiliki dunianya sendiri
Ada yang tak bisa kita hindari
Mari bersama menuliskan sunyi

Bekasi, Juni 2022

 

SEPAK BOLA

siapa yang berlari sambil
merentang tangan
menuju tepian lapangan
menikmati pekik kegembiraan
atau gemuruh yang riuh
bendera-bendera dikibarkan
merayakan kemenangan

siapa yang berjalan
dengan dada yang luka
kepala yang tertunduk
lalu memungut bola di sudut
jala, wajah-wajah yang muram
menghitung kekalahan
menghitung jarak menuju
menang

kaki-kaki bersepatu ambisi
terus berlari
mengejar kemenangan, sebelum
peluit lantang dibunyikan
mengakhiri pertandingan, sebelum
segala cahaya dipadamkan
dan orang-orang mulai
melupakan kalah ataupun menang
selain mengingat sebuah jalan
menuju pulang

Bekasi, 2023

 

DI UJUNG MUSIM

di ujung musim
hujan bergegas menuntaskan deras
sebelum genangan mengering
dan matahari
menghapus segala jejak basah
di atas tanah

daun-daun menangkap isyarat
bahwa musim adalah matahari
angin dan warna yang bakal menguning
tak ada yang lebih pasti
selain gugur menjemput hening

sebelum senja tiba
sudah ada yang menanam gelap
di tubuhku
lalu beranjak meninggalkan pertanda
di batinku
tak ada yang lebih pasti
selain tengadah, menjemput sunyi

Bekasi, 2022

 

KETIKA DESEMBER DATANG
: bagi TR

Ada yang ingin kukenang ketika Desember datang
Musim yang basah, hujan yang riang mengucap salam
Mengetuk kaca-kaca jendela yang memburam
Sawah serta ladang yang melagukan kesuburan, juga
Dingin yang menggigilkan malam demi malam
Tapi tak usah cemas, bisikku. Sebab matahari akan
Menyala di dadaku. Dan peluk itu akan tetap setia
Merawat hangat bagi tabahmu yang mungkin penat

Ada yang ingin kukenang ketika Desember datang
Almanak yang kembali mengingatkan betapa singkatnya
Kehidupan, lilin-lilin akan dinyalakan. Samar cahayanya
Adalah kefanaan dan kau akan meniupnya berulang-ulang
Sebelum usia menjelma serupa makhluk bersayap
Yang kemudian terbang, meninggalkan jejak warna putih
Di helai-helai rambutmu

Ada yang ingin kukenang ketika Desember datang
Tentang pohon natal, dan sebuah kebahagiaan yang silam
Melihat anak-anak saling berebut memasang kerlip bintang
Dan lampu-lampu kecil yang menghias daun, ranting dan
Juga dahan seakan kembali mengingatkan
Tentang harapan dan juga kebahagiaan
Yang terkadang berpendaran namun ada kalanya padam.

Bekasi, Desember 2022

 

TENTANG SEBUAH RUMAH

aku merindukan sebuah rumah yang
menyimpan kenangan
tentang tabah ibu menyalakan tungku
meniupkan doa ke ubun-ubunku
dan di bawah cahaya lampu damar
yang samar
ibu dengan sabar mengajariku mengenal
huruf dan juga kata
ini bapak budi, ini ibu budi

aku merindukan sebuah rumah yang
menyimpan kenangan
tentang ayah yang selalu berkeringat
dan tak pernah lelah membaca cuaca
sebelum
musim-musim memberi isyarat untuk
mulai menanam
agar tungku yang dicintai ibu mengepulkan
asapnya
membumbung tinggi menjadi sunyi

aku merindukan sebuah rumah yang
menyimpan kenangan
tentang aneka dongeng yang dibisikkan
ibu di telingaku
sebelum aku diam dilelapkan malam
sebelum hari-hari kembali datang
sebelum sungai, tanah lapang dan juga
layang-layang
memberi warna pada kisah masa kanakku
yang lapar namun penuh petualangan

Bekasi, 2023

 

TIKUS

Seekor tikus mengendap
Dan menyelinap dalam gelap
Menunggu tuan rumah terlelap
Ia mencicit dan menyeringai
Tajam taring dan giginya
Menjanjikan sebuah luka

Ia berisik mengunyah sepi
Yang tersimpan di dalam almari
Hingga malam penuh dengan bunyi
Tubuh almari terluka
Buku-buku puisi terluka
Sang tikus kekenyangan kata-kata

Tuan rumah tak berdaya
Hanya bisa melihat jejak luka
Ketika cahaya tiba
Tanpa bisa melihat wujudnya
Apalagi menangkapnya

Malam berikutnya
Sang tikus kembali mengendap
Mengejek tuan rumah yang gagap
Segala jebakan tak pernah dianggap
Juga kucing yang selalu terlelap

Almari demi almari kembali
Dimasukinya
Segala benda dilukainya
Dan ketika cahaya tiba
Dengan sigap ia kembali
Menyembunyikan dirinya

Sang tuan rumah kembali termangu
Lalu duduk sambil mengusap pilu
Tak ada yang bisa dilakukan
Selain beranjak dengan penuh ragu
Dan menutup semua pintu.

Bekasi, 2022

 

BIODATA

Sapto Wardoyo, senang menulis baik cerpen ataupun puisi. Karya-karyanya hingga saat ini tayang di berbagai media, baik cetak ataupun daring. Seperti, koran Pikiran Rakyat, koran Rakyat Sumbar, Harian Nusa Bali, koran Pos Bali, harian Bhirawa, BMR Fox, SastraMedia, Bali Politika, MGRIB.ID, Barisan.co, majalah Elipsis, majalah semesta Seni dan juga tergabung dalam beberapa antologi bersama. Tinggal di Bekasi.

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!