KISAH RUMAH KECIL KITA
kisah rumah kecil kita
terus saja tersemat di hati
lereng-lereng bukit kecil itu
membisiki kita cerita lalu
ketika kita bermain
di lekukan hijau rumput-rumputnya
dik, kini tempat itu tak lagi punya kita
hanya kisahnya yang masih tersisa
kusimpan di bilik hati dan lipatan indah dompet ingatanku
sampai jerit tangismu waktu itu kucatat juga
dik, sekarang kita sudah sama menua
tak tahu berapa lama lagi dunia memberi kita waktu menjamahnya
entah nanti, esok, atau lusa kita pun harus berkemas meninggalkannya
meninggalkan semua kenangan kita tentang rumah kecil itu
rumah kecil, kita kecil di pangkuan ibu.
Sekara, 28 Mei 2024
BISIK ANGIN SELATAN
bisik angin selatan
menghembus daun-daun karet
satu persatu gugur, lepas dari ranting
melayang mengikuti takdir
di tanah daun-daun itupun kering
menggerinting rindukan hujan
bisik angin selatan
titik getah karet berkurang
harga pun surut di pasaran
petani menimang harapan
sebengkok pisau di tangan.
Sekara, 17 September 2024
DARI LADANG YANG DULU KAUTANAM
dari ladang yang dulu kautanam
telah tumbuh ruas ke ruas
berarai di tiap ruas
merangkai biji-biji bernas
dari ladang yang dulu kautanam
tiap arai bernas ingin kukemas
dalam ikatan berkas
yang tak tertetas.
Sekara, 25 November 2024
DURIAN MUSIM LALU
jauh kumengenang
sepanjang jalan setapak
meliuk di semak-semak berduri
lumpur meremas kaki
jauh kumengenang
musim durian di pondok-pondok
berseru dengan nyamuk
berjibaku dengan kantuk
harum durian mengempang penciuman
buah berduri itu melimpah
dijual dengan berjalan kaki
membuat betis nyeri
jauh kumengenang
ketika buah berduri itu kini bermusim lagi
baunya menyelimuti hati
untuk diingat di kemudian hari.
Sekara, 4 Desember 2024
POHON KARET MASA LALU
pernah kita duduk
di antara pohon-pohon karet tua yang kautanam
engkau berkisah tentang masa lalumu
juga pohon karet tua itu
aku mendengarnya bersama desiran angin
dan pekik suara burung Keling di dahan
pada panas siang yang memanggang
lalu kita turuni lereng bukit itu
sementara getah karet terus menetes
ke mangkuk harapan yang telah kausiapkan.
Sekara, 8 Desember 2024
SEPUTIH BUNGA KOPI
setiap pagi, aku memandangi butiran embun
menggantung di ranting-ranting pohon kopi
rupanya bening berkilau tertimpa cahaya mentari
datanglah satu dua lebah madu menyentuh kelopak putih itu
embun bening tergegar, pecah di kelakai kering
setiap musim, kelopak-kelopak putih itu selalu terbit
aromanya segar khas bunga kopi
mewangi sepanjang hari
setiap pagi, aku memandangi butiran embun
berkilau di kelopak-kelopak putih itu.
Sekara, 10 Desember 2024
BIODATA
AHMAD MALIKI MASHAR. Lahir 1971. Semasa kuliah menulis puisi untuk untuk koran kampus Bahana Mahasiswa UNRI, dan surat kabar daerah. Sekarang mencoba menulis puisi untuk antologi bersama.