Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Pendidikan

Isolat Protein Biji Kecipir Bakso Ayam Antarkan Vida Indriani Raih Gelar Magister

INOVASI: Ni Putu Vida Indriani Putri yang kerap disapa Vida sukses meraih gelar Magister Teknologi Pangan Pascasarjana Universitas Udayana.

 

DENPASAR, Balipolitika.com- Ni Putu Vida Indriani Putri yang kerap disapa Vida sukses meraih gelar Magister Teknologi Pangan dengan mengaplikasikan isolate protein biji kecipir pada bakso ayam di bawah bimbingan Dr Ni Wayan Wisaniyasa STP MP dan Dr Ir Komang Ayu Nocianitri MAgr Sc.

Secara detail judul penelitian yang dilakukan oleh Vida adalah Pengaruh Penggunaan Jenis Asam dan nilai pH terhadap Karakteristik Isolat Protein Biji Kecipir (Psophocapus tetragonolobus L.) dan Aplikasinya pada Bakso Ayam.

Penelitian yang dilakukan meliputi 2 tahapan yaitu Tahap pertama adalah pembuatan isolat protein biji kecipir dengan perlakuan jenis asam (asam asetat, asam klorida) dan Tahap kedua adalah aplikasi isolat protein biji kecipir menjadi bakso ayam. Isolat protein merupakan hasil isolasi protein suatu bahan pangan dengan menggunakan metode isolasi protein dengan enzim atau asam, sehingga dihasilkan produk dengan konsentrasi protein tinggi. Kadar protein minimum isolat protein sebesar 90 % berdasarkan persentase bobot kering.

Isolat protein digunakan dalam produk makanan karena mempunyai fungsi sebagai emulsifier, membentuk lapisan tipis pada sosis, bahan pembuat daging tiruan, dan sebagainya. Pembuatan isolate protein biji kecipir diawali dengan pembuatan Tepung biji kecipir bebas lemak selanjutnya tepung biji kecipir bebas lemak tersebut dijadikan bahan baku dalam proses pembuatan isolate biji kecipir dengan perlakuan jenis asam yaitu asam asetat dan asam klorida dengan metode sentrifugasi.

Vida juga melaporkan bahwa Kandungan protein biji kecipir tua sekitar 33,3 – 38,3%, di mana kandungan ini hampir setara dengan kandungan protein dari kedelai yaitu sekitar 39,8 – 41,8%. Pemanfaatan biji kecipir ini merupakan salah satu cara pemanfaatan bahan baku lokal. Ia juga menekankan bahwa Konsumsi makanan yang berasal dari protein hewani secara berlebihan dapat meningkatkan resiko penyebab penyakit degeneratif. Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi resiko penyakit degeneratif adalah mengkonsumsi protein nabati yang berasal dari biji kecipir.

Selain itu ia juga menambahkan bahwa pembuatan bakso ayam dengan Perlakuan 95% daging ayam berbanding 5% isolat protein biji kecipir menghasilkan bakso ayam dengan karakteristik terbaik dengan kriteria kadar air 62,66%, kadar abu 1,12%, kadar protein 12,12%, kadar kolesterol 0,63%, tingkat kekerasan 7,58 N, dengan karakteristik sensoris aroma, warna, tekstur, dan penerimaan keseluruhan disukai yang memiliki tekstur kenyal dan rasa khas bakso ayam. (bp/Unud.ac.id)    

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!