BERSIKAP: Ketua Dewan Pimpinan Daerah Kongres Advokat Indonesia (DPD KAI) Provinsi Bali, I Nyoman Gde “Ponglik” Sudiantara, S.H. mengaku sangat keberatan menyikapi tagline “#Bali Tidak Baik-baik Saja”.
DENPASAR, Balipolitika.com- Bali terus menunjukkan daya tarik sebagai destinasi wisata unggulan.
Per Kamis, 1 Agustus 2024, data terbaru menunjukkan bahwa 10 negara teratas penyumbang wisatawan mancanegara (wisman) terbanyak ke Bali adalah Australia, India, China, Inggris, Korea Selatan, Amerika Serikat, Prancis, Malaysia, Singapura, dan Jerman.
Berdasarkan data dari Kantor Imigrasi Ngurah Rai, jumlah wisman dari Australia mencapai 877.329 orang, diikuti oleh India dengan 328.767 orang, dan China dengan 278.329 orang.
Inggris, Korea Selatan, Amerika Serikat, Prancis, Malaysia, Singapura, dan Jerman juga menunjukkan angka kunjungan signifikan.
Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM (Kanwil Kemenkumham) Bali, Pramella Yunidar Pasaribu mengatakan pihaknya terus mengoptimalkan pengawasan keimigrasian di tengah meningkatnya kedatangan Warga Negara Asing (WNA) ke Pulau Dewata.
Rincinya, hingga Juli 2024, tercatat sebanyak 3.892.714 WNA tiba di Bali melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai.
“Peningkatan kedatangan WNA ini merupakan indikator positif pemulihan sektor pariwisata Bali pascapandemi. Namun, kami tetap berkomitmen untuk memastikan pengawasan keimigrasian yang ketat guna menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah Bali,” ujar Kepala Kanwil Kemenkumham Bali.
Sayangnya, kondisi Bali yang semakin pulih pasca pandemi Covid-19 ini dihadapkan pada tantangan meresahkan, yakni tagline “#Bali Tidak Baik-baik Saja”.
Ketua Dewan Pimpinan Daerah Kongres Advokat Indonesia (DPD KAI) Provinsi Bali, I Nyoman Gde “Ponglik” Sudiantara, S.H. mengaku sangat keberatan menyikapi tagline “#Bali Tidak Baik-baik Saja”.
“Saya sebagai warga asli Bali sangat keberatan dengan tagline itu. Dampak tagline itu sangat negatif menurut saya. Memangnya negara lain lebih baik-baik saja dibandingkan Bali? Setahu saya peristiwa serupa juga terjadi hanya saja masyarakat setempat lebih sayang pada tanah kelahirannya sehingga tidak diviralkan dan mempercayakan penanganan insiden oleh wisatawan asing itu kepada aparat berwenang,” ucap Ponglik diwawancarai, Kamis, 1 Agustus 2024.
Tidak tutup mata menyikapi sekelumit masalah yang dipicu ulah wisatawan mancanegara, advokat kawakan tersebut menilai hal tersebut harus diselesaikan bersama-sama secara komprehensif; tidak asal ekspose sebagaimana yang terjadi saat ini.
Ponglik mengajak semua masyarakat Indonesia, khususnya Bali untuk bisa lebih menahan diri sekaligus mengendalikan keinginan untuk memviralkan kasus-kasus ini karena dampaknya justru akan merugikan diri-sendiri.
“Jangan asal ekspose, asal viral! Mari duduk bersama dan selesaikan masalah-masalah ini secara komprehensif serta bertanggung jawab. Jika Bali mengalami pandemi wisatawan asing ini akan merugikan kita semua. Apa Anda-Anda siap jika Bali kembali sepi sebagaimana yang terjadi saat pandemi Covid-19?” tanya Ponglik.
Sebagai salah satu studi kasus, Ponglik memberikan contoh soal wisatawan asing yang memiliki kendaraan, baik mobil maupun sepeda motor di wilayah hukum Indonesia, khususnya Provinsi Bali.
Ia menekankan akar masalah ini yang harus dituntaskan sehingga fenomena tersebut selesai melalui penegakan hukum oleh aparat berwenang; bukan sebaliknya malah diviralkan.
“Bule punya sepeda motor, beli sepeda motor, syaratnya kan ada. Kalau bule sampai punya sepeda motor, mari kita duduk bersama untuk menemukan solusi bersama lewat penegakan hukum,” tandas advokat sekaligus host podcast fenomenal Case Closed itu.
“Apakah dengan memviralkan masalah itu akan selesai? Terus siapa yang diuntungkan kalau sedikit-sedikit viral di era perkembangan teknologi yang super masif seperti saat ini? Yang dirugikan pada dasarnya adalah masyarakat Indonesia, khususnya Bali. Atau jangan-jangan ada sesuatu di balik semua ini yang merupakan agenda terselubung dari kompetitor kita? Jangan-jangan ada kepentingan asing di balik semua ini untuk menjatuhkan Bali karena devisa pariwisata Bali sangat besar?” imbuh Ponglik.
Ponglik menekankan sadar atau tidak segala hal yang terjadi di Bali menjadi perhatian dunia internasional sehingga warga lokal harus super hati-hati.
“Sadar atau tidak sadar kita saat ini sedang dirongrong secara lanus. Mari kita berpikir secara jernih. Dari jumlah wisatawan asing yang berlibur ke Bali hingga Juli 2024 sebanyak 3.892.714 melalui Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai berapa persen sih yang berulah di Pulau Dewata? Berapa turis asing yang bermasalah? Kenapa seolah-olah harus digeneralisir? Yang pasti saya sebagai orang asli Bali sangat keberatan dengan tagline #Bali tidak baik-baik saja,” tegas Ponglik. (bp/ken)