Lampu yang Menyala di Siang Hari
Maksud baik selalu dilahirkan. Dan dipermasalahkan. Itu seperti berpakaian necis dan menyiapkan identitas diri. Dan pergilah. Itu seperti “Kalau aku bertitel sarjana, aku sudah pergi ke negeri asing”. Aku takut. Aku sangat takut. Manusia yang baik, seharusnya tak menghitung hidup dari apa yang dikeluarkan dan apa yang mesti didapat. Maksud baik selalu dilahirkan. Dan dipermasalahkan. Itu seperti mengganti isi kepala dan membiarkan berbagai ingatan dikunci sendirian. Atau dilepaskan. Sayangnya, tak ada yang mau mengangkat bantal tidurku. Tak ada yang mau melihat tumpukan kecemasan di bawahnya. Tak ada yang mau berkunjung ke kamarku. Sekadar melihat lampu yang menyala di siang hari.
Bogor, 2024
Berbangsa Satu
saat aku berlindung di bawah mataMu
bersembunyi dari matahari yang mengikuti ke berbagai arah
waktu bergerak mengeluarkan darah
menguarkan debu-debu di pinggiran kota
lagu-lagu merdu
yang diputar tiap waktu
membawa pada penghayatan
berbangsa dan berbahasa
yang mundur puluhan tahun.
mimpi dan harapan berakhir di ujung gang
tidak jauh dari rumah.
sebab tidak ada yang mencari tahu,
lalu menjilati malam sebagai cara untuk berterus-terang
dan orang-orang putus asa
membicarakan cinta pada tanah airnya
sambil menjilat dan mencuri.
Bogor, 2024
Ternyata Malam Ini Waktu Kita Terbatas
Kau banggakan sekali kota ini lewat pernyataan: hujan, industri yang terpusat dan rimbunnya pohon di jalanan lingkar kota. Kau ungkapkan itu saat kita mengendarai motor sehabis makan sore di pinggir jalan yang sejajar dengan istana.
(Ingatan tentang kota muncul satu satu
Teriakan, kegelapan dan eksis.
Waktu berlalu dan dibandingkan. Saat ini
Tak ada upaya untuk mendaki bulan
Tak ada upaya untuk mencoret coret tembok
Atau ramai-ramai menyangsikan Ibu Pertiwi. Kota ini tidak bergerak)
Ternyata malam ini waktu kita terbatas.
Muncul lagi di kepalaku,
Bayangan masa lalu melanggar ilmu dalam kampus
yang cuma berisi kritik dan metode analisis
Muncul lagi di kepalaku
Perjalanan masuk ke jembatan penyebrangan
Berdiri tiga sampai empat menit di tengah jembatan
Melihat lihat sekitar
Sistem satu arah
Dan di arah sebaliknya
Pos polisi berada di samping lampu merah
Di tempat itu, satu kepala mahasiswa pernah dibikin berdarah saat demonstrasi
Muncul lagi di kepalaku
Saat mata kita bertemu
Di gedung kesenian baru
Aku pastikan namamu
Lalu menyicip anggur
Dan kita membagikan segalanya
hingga sekarang.
Bogor, 2024
Kisah Perempuan Bergaun Hitam
Suatu waktu ketika kita perlu untuk berkenalan lagi.
Cukup siapkan apa yang bisa kau ceritakan.
Jika ingatan kita berserakan.
Menari dan mengubah waktu seperti raja sulap di negeri asing. Biar saja.
Suatu waktu. Kepura-puraan dan citra baik seharusnya sudah kita selipkan di bawah bantal.
Di bawah kepala kita. Topeng itu tak perlu lagi dipakai 24 jam.
Karena wajahmu sudah kujadikan alamat untuk pulang.
Jika kelak kau kembali memakai gaun hitam.
Seperti saat kita terakhir bertemu.
Tunjukkan wajahmu di depan gerbang klaster perumahan.
Meski usia kita kepalang muda buat mencapai itu. Tak perlu risau.
Sebab itu mimpi.
Bogor, 2024
Tak Ada Buku Panduan untuk Pulang ke Rumah
Tak ada buku panduan untuk pulang ke rumah
Ketika kau terjebak di pesta
Dan di tengah kebingungan itu,
kepalamu dipenuhi rekaman
yang terus memutarkan ejekan tepat di atas dadamu.
Kepalamu jadi besar,
kosong dan sepi.
Kau mungkin akan bangun di jam tidur siang
Lalu di sela kau sedang menguap, kau akan merindukan perasaan yang dulu terasa seru sambil menyanyikan Reality-nya Vladimir Cosma
Dan tetap tidak ada panduan untuk pulang ke rumah meski kau mengupayakan itu.
Bogor, 2024
Inilah Masa Depan Itu
Hidupmu dahulu itu cukup indah. Mengendarai motor kesayangan dan pergi dari rumah. Berhari-hari dan pulang bersamaan dengan munculnya matahari. Hidupmu dahulu cukup indah. Menopang pinggang, menulis dan menatap langit.
Satu waktu, ditekan kenyataaan untuk memilih. Menjadi kurus dan tak bekerja atau menjerit keras mengawasi kecemasan yang berlebih. Inilah masa depan itu. Bergerak tak karuan dalam realitas sosial yang tak jelas juga untuk dibicarakan dan diingat.
Bogor, 2024
Awal Dari Hidupmu yang Akan Berakhir
Kalau kita tertidur
Dan tiba-tiba saja terbangun.
Lalu Melihat seseorang di gorong-gorong kota
Ia masuk ke situ dengan pakaian kerja dan tubuh yang kurus.
Lengkap dengan senyum untuk keperluan foto.
Itulah awal dari hidupmu yang akan berakhir
Bogor, 2024
BIODATA
Reza Yudhistira lahir di Bogor, Jawa Barat. Lulusan Sastra Indonesia di Universitas Pakuan dan saat ini aktif berkegiatan di Kolonian.
Handy Saputra lahir di Denpasar, 21 Februari 1963. Pameran tunggal pertamanya bertajuk The Audacity of Silent Brushes di Rumah Sanur, Denpasar (2020). Pameran bersama yang pernah diikutinya, antara lain Di Bawah Langit Kita Bersaudara, Wuhan Jiayou! di Sudakara Artspace, Sanur (2020), Move On di Bidadari Artspace, Ubud (2020), Argya Citra di Gourmet Garage (2021). Instagram: @handybali.