DENPASAR, Balipolitika.com- Ogoh-ogoh karya Sekaa Teruna Yowana Saka Bhuwana (STYSB) Banjar Tainsiat, Desa Adat Denpasar menyandang status ogoh-ogoh terlelet alias paling akhir kelar di tahun 2025.
Saking leletnya, digarap berbulan-bulan, ogoh-ogoh berjudul “Bhuta Ngawesari” terpantau baru selesai digarap Jumat, 28 Maret 2025 sekitar pukul 00.00 Wita.
“Bhuta Ngawesari” yang spesial karena didesain robotik alias bisa bergerak diarak keliling Kota Denpasar mulai Sabtu, 29 Maret 2025 sekitar pukul 01.00 Wita hingga pukul 04.00 Wita saat malam Pangerupukan sudah berakhir.
“Bhuta Ngawesari” diarak hanya beberapa jam atau sekitar 120 menit sebelum umat Hindu merayakan hari suci Nyipeng alias Nyepi Tahun Baru Caka 1947 pada Sabtu, 29 Maret 2025 pukul 06.00 Wita hingga Minggu, 30 Maret 2025 pukul 06.00 Wita.
Atas keterlambatan itu, Sekaa Teruna Yowana Saka Bhuwana (STYSB) Banjar Tainsiat yang beralamat di Jalan Nangka Nomor 1 Denpasar menulis surat permohonan maaf di Denpasar, Minggu, 30 Maret 2025.
Surat yang ditandatangani Ketua STT Yowana Saka Bhuwana, Komang Angga Natyalaksana dan Konseptor dan Penanggung Jawab, Komang Gde Sentana Putra alias Kedux berisi permohonan maaf yang sebesar-besarnya serta sedalam-dalamnya karena karya “Bhuta Ngawesari” jauh dari kata sempurna dan mengecewakan dari sisi estetika seni maupun teknis.
“Melalui surat ini kami selaku Sekaa Teruna Yowana Saka Bhuwana (STYSB) Banjar Tainsiat dan saya secara pribadi Komang Gde Sentana Putra (Kedux) sebagai konseptor serta penanggung jawab karya ogoh-ogoh STYSB Banjar Tainsiat tahun 2025 menyampaikan permohonan maaf sebesar-besarnya dan sedalam-dalamnya kepada (1) seluruh masyarakat, (2) Pemerintah Provinsi Bali dan seluruh dinas terkait, (3) Pemerintah Kota Denpasar dan seluruh dinas terkait, (4) donatur, (5) sponsor, dan (6) kontributor dengan segala kerendahan hati, kami menyadari karya kami adalah jauh dari kata sempurna dan mengecewakan dari sisi estetika seni maupun teknis. Hal tersebut merupakan dampak dari kekurangan kami dalam pengelolaan waktu, pekerjaan, personel, dan keuangan,” demikian bunyi paragraf pertama dan kedua surat tersebut.
“Kami telah membaca dan mendengar berbagai aspirasi berbentuk saran dan kritik dari berbagai elemen masyarakat yang disampaikan secara langsung maupun tidak langsung. Aspirasi tersebut sangat berharga untuk kami sehingga dapat kami jadikan sebagai bahan renungan serta evaluasi kami untuk berkarya yang lebih baik di masa depan,” sambung Kedux dan Komang Angga Natyalaksana.
“Akhir kata kami sampaikan terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu per satu yang telah turut serta mewujudkan ogoh-ogoh ini,” tutupnya. (bp/ken)