DENPASAR, Balipolitika.com– Doktor pariwisata ke-129 Universitas Udayana, Dr. I Gusti Kade Heryadi Angligan, S.H., M.Par. menawarkan konsep BHALI untuk “menyelamatkan” pariwisata Bali yang menjadi tumpuan dominan sendi-sendi kehidupan perekonomian Pulau Dewata.
Konsep itu ia kemas dalam disertasi berjudul “Model Loyalitas Wisatawan Menginap di Usaha Akomodasi Bersejarah dalam Perkembangan Inna Group Bali” yang mengantarkannya lulus dengan predikat cumlaude dalam Sidang Promosi Doktor, Program Studi Doktor (S3) Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana di Gedung Bersama Angrokomplek Lantai IV, Ruang Nusantara, Jalan PB Sudirman, Denpasar.
Dalam penelitiannya, Heryadi Angligan mengungkapkan bahwa saat banyak akomodasi pariwisata, khususnya hotel bertumbangan, Inna Bali yang berdiri tahun 1926 masih tetap eksis hingga saat ini.
Sebagai tonggak pariwisata Bali, Inna Bali menghadirkan pengalaman menginap yang bermakna historis mengingat ditinjau dari sejarah akomodasi ini mulai beroperasi sebelum kemerdekaan.
Dari praktisi menjadi akademisi, Heryadi Angligan merinci penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model loyalitas wisatawan yang menginap di usaha akomodasi bersejarah dalam perkembangan Inna Group Bali.
Studi berfokus pada faktor-faktor terkait loyalitas wisatawan, seperti atribut brand, motivasi, kualitas layanan, dan kepuasan wisatawan.
Pengumpulan data dilakukan melalui kuesioner dan wawancara di mana penelitian ini menggabungkan pendekatan kuantitatif melalui aplikasi teknik analisis model persamaan struktural PLS-SEM dan importance performance mapping analysis (IPMA) dengan pendekatan wawancara plus studi dokumentasi.
Data dikumpulkan melalui survei kepada wisatawan menginap di Inna Group Bali sebanyak 238 di Inna Sindhu Bali, dan 162 di Inna Bali Heritage Denpasar.
Penelitian menemukan loyalitas wisatawan dipengaruhi secara signifikan oleh motivasi, atribut brand, kualitas layanan, dan tingkat kepuasan.
Atribut brand berpengaruh langsung terhadap kepuasan dan loyalitas, namun tidak terhadap kualitas layanan.
Sebaliknya, motivasi wisatawan berpengaruh langsung terhadap kepuasan dan kualitas layanan.
Kualitas layanan terbukti berperan sebagai mediator dalam hubungan antara atribut brand dan loyalitas, sementara kepuasan memediasi pengaruh motivasi terhadap loyalitas.
Pemeriksaan IPMA menunjukkan tingkat kepentingan dan kinerja kepuasan wisatawan lebih besar dalam membangun loyalitas, dibandingkan dengan tingkat kepentingan dan nilai kinerja yang dikontribusikan oleh kualitas layanan hotel.
Penelitian ini menghasilkan Model BHALI (Bali Historical Accommodation Loyalty Model) sebagai representasi model loyalitas wisatawan pada akomodasi bersejarah yang dibangun dari pengaruh utama motivasi, atribut brand, dan kepuasan dengan kualitas layanan sebagai mediator.
Model ini menjadi dasar dalam merumuskan strategi pemasaran hotel bersejarah yang berfokus pada peningkatan kepuasan wisatawan, tanpa mengabaikan pentingnya kualitas layanan dalam menjaga pengalaman menginap yang bermakna secara historis.
Sah bergelar doktor pariwisata ke-129 Universitas Udayana, I Gusti Kade Heryadi Angligan mengaku siap mentransfer ilmu yang didapat dari bangku kampus.
“Yang jelas saya siap membagikan ilmu pada stakeholder semuanya sehingga pariwisata Bali menjadi lebih baiklah. Tidak lagi menjadi momok bagi masyarakat; tidak ada lagi masyarakat yang muak dengan pariwisata. Kan itu yang terjadi sekarang. Banyak sekali kejadian yang membuat kita tidak nyaman, khususnya terkait perilaku-perilaku wisatawan itu,” jelas mantan Presiden Direktur Hotel Indonesia Natour (Inna Hotel Group) itu. (bp/ken)