Jika Ingin Melukis Puisi
Jika kau ingin melukis puisi
Di garis-garis dahimu, maka
Pergilah ke kedai kopi, temukanlah kata di dalam
Ampas kopi dan usaplah kepahitan
di lidahmu.
Pergilah ke pesisir pantai, ambilah pasir-pasir yang lucu.
lalu kuburlah matahari yang hendak ditelan liang laut.
Agar tidak keburu wanigan bangkai.
Pergilah ke jejalanan, dapatilah pewarta
Kabar gembira bermulut busa karena sebotol vodka yang
Terkapar di trotoar.
Tanyakanlah kepadanya mengapa kau tak
Ingin menjadi pertapa.
Pergilah ke sawah, ucapkan ruah kepada
Petani bahwa padinya lebih menghidupkan daripada
Bantuan roti pemerintah.
Pergilah ke warung makanan, pesanlah ribuan sajak
Lalu makanlah hingga kau tak merasakan apungan lapar
Dalam lambungmu.
Pergilah dan datanglah ke bait Allah, kecaplah
Madu dari anggur yang diperas maria dan lemak dari
Roti hidup yang dikukus oleh yoseph.
San Dominggo, 14 Januari 2025
Ucapan Syukur Perempuan dan Lelakinya
Tubuh kita hilang di tengah ilalang
Sisa mata kita yang diselamatkan Tuhan
Dalam sebuah sendang.
Kita dalam genangan.
Aku mengucap pujian karenanya aku
masih menatap matamu hangat. Dan,
Kau melantangkan senandung walau
Cincin di tanganmu terkurung karang
Di antara semak belukar
“perempuanku, kau kucinta
Walau matamu hanya sebelah.”
Selamanya. Kita tinggal
Di dalam air yang
Telah disiapkan Tuhan hingga entah
San Dominggo, 21 Januari 2025
Mulutmu, Raga Rusa
penjang sebuah padang kerontang kita mengembara
berbekal pisau dapur yang kau sisip di sisi saku waktu
hendak keluar kubur.
berjalan menghitung jejak kaki, memasang ibu jari pada lantai pesisir pasir.
matamu menangkap seekor rusa yang mulutnya
melahap sebuah tungai kurma.
“adam, lihatlah dalam raga rusa itu terdapat empat ranjang.”
“lalu?”
“ikutlah aku, adam.”
rusa mendadak bisu mati kata, matanya nanar.
kau kemudian merobek perutnya dan kita berdua meneburi diri ke dalamnya.
kau kembali menjahit luka rusa. rusa membawa kita
mengairi hulu hilir padang.
dalam raganya aku tiarap ke kedalaman mulutmu, melompat di atas
gerigi gigimu, berenang-renang di liar liurmu. kucabut tanduk rusa dan
kutikam bercak putih pada lidah culunmu yang bermata permata, hingga
anak tekak melantunkan hujan kelabu.
dalam mulutmu kulipatkan sejangkar doa lalu menenggelamkan ke jauh lambungmu.
“hawa, dalam mulutmu kulakonkan raga rusa, menghindar
dari mata-mata manusia yang bersuara poranda”
“adam, inilah ranjang kita, jangan ke kasur itu lagi,
bahaya nanti kita tak berdua”.
aku bermain dalam mulutmu dan kau bersembunyi
dalam bilik kiri tubuh rusa.
“hawa, bunyi apa itu!, cobalah kau melihatnya dari cerobong anus
ranjang raga rusa ini.”
“adam, itu Ayahmu”
Lewoloba, 18 Desember 2024
Gubuk Tua Karol Kelen
gubuk tua, dan seorang pastor tua memasak tubuh Tuhan karena
tak ada kapela dan gereja muda pesisirnya.
semak belukar memelodi nyanyian biblis dan angin-angan
sangat segar.
naif,
penunggu gubuk tua berpeci awan mengusirnya pergi. Pastor tua
dimasukannya kedalam kuali.
Lewoloba, awal Desember 2024
BIODATA
Yoseph Karol Wawo Kelen lahir di Lewoleba, 5 juni 2007. Ia merupakan seorang pelajar SMAS Seminari San Dominggo Hokeng. Ia sangat gemar berliterasi. Beberapa karyanya dimuat dalam majalah Warta Flobamora, Kabar NTT, reportase NTT, dan media lainnya.