SINGA PODIUM
Saat bung berdiri di atas mimbar
Berteriak dengan suara menggelegar
Semua pendengar ikut terbakar
Api semangat berkobar
Lewat suaramu dunia bergetar
Auman singa seolah menjalar
Merobohkan tirani yang mengakar
Sulut revolusi tanpa gentar
Di atas podium bung menjadi pijar
Penerang dari kemerdekaan yang terkapar
Cemeti hati membuat bangsa sadar
Penjajahan harus dibongkar
Sampai dasar
Blitar, 2025
MEDITASI PENGASINGAN
Kaki among nini among
Yang mengayomi lahirnya dasar negara
Digali dari akar budaya nusantara
Dipetik dari ranting keluhuran adat
Saripati nilai luhur pribadi anak negeri
Jadi pondasi berdirinya bumi pertiwi
Kakang kawah adi ari-ari
Yang menyertai berkibarnya merah putih
Buah pikiran meditasi pengasingan
Sebab pengasingan menjadi penempa diri
Lahirnya kesadaran gulingkan belenggu tirani
Untuk berdiri di atas kaki sendiri
Pun aku
Dikucilkan oleh bangsaku sendiri
Kebebasan diberangus tanpa hak bela diri
Mulut disumpal oleh janji kebohongan publik
Di mana aku harus asingkan hati
Pada siapa kepercayaan harus kuberi
Dan ketika langit gelap menutupi malam
Aku saksikan negeriku semakin kelam
Di sini hukum diperjualbelikan
Lahirkan kebijakan dari rahim kepentingan
Rakyat tercerabut dari kerakyatannya
Terasing di balik bayang angkara penguasa
Aku kecewa
Amat kecewa
Blitar, 2025
MENGARUNGI LAUTAN PASIR
Sampan rapuh di tangan nelayan berkulit keriput
Tak mampu terkayuh tuk menjangkau luas laut
Tiupan angin kepakkan layar menuju padang pasir
Karamkan angan tanpa tujuan bagai musafir
Hingga kering kerontang tubuh kehabisan peluh
Tempat tujuan makin terasa jauh
Biduk nasib tak terbaca oleh kompas penunjuk arah
Laut dituju tapi padang pasir yang terjamah
Nahkoda hidup bukanlah pikiran berselimut serakah
Ikhlas hati hanya bersandar diri pada Allah
Arungi saja padang pasir meskipun terasa getir
Nikmati putaran roda hidup walau kadang tergelincir
Sebab dunia seisinya bukan bekal untuk hari akhir
Hanya ibadah dan amal yang jadi kunci takdir
Kita hanyalah nelayan berlayar di padang pasir
Rentan putus asa mudah tersesat ke gua kafir
Bentengi diri dengan tahmid, takbir, dan dzikir
Agar hati tak dikungkung rasa kuatir
Blitar, 2025
MENJEMPUT TAKDIR
Jika bagian terindah dari tidur adalah mimpi
Maka bagian terindah dari hidup adalah mati
Ajal yang sudah menjadi ketetapan Tuhan
Mustahil disangkal oleh suatu kekuatan
Siapkan diri dengan bekal keimanan
Selagi nama belum terpanggil dari antrian
Kalian lihatlah tetesan embun
Setiap pagi bersholawat bersajadah embun
Sebagai bentuk permohonan ampun
Atas lalai yang pernah terhimpun
Meski kehadiran embun hanyalah sesaat
Keburu pergi sebelum lidah matahari menjilat
Tapi hadirnya memberi sungguh manfaat
Persembahkan kesegaran bagi umat
Dari sholawat embun bersajadah daun
Beri kita petunjuk kehidupan santun
Utamanya bagi kaum yang pandai bersyukur
Atas segala nikmat di sepanjang umur
Blitar, 2025
MENGARUNGI BADAI
Jika negeri ini selayak sungai
Demokrasi adalah ikan kecil yang berenang mengarungi
Dengan kail sederhana rakyat memancing
Tapi penguasa membawa potas sejinjing
Jika negeri ini selayak samudra
Demokrasi bisa dibilang gelombangnya
Dengan sampan rakyat coba mengarungi
Penguasa datang menciptakan badai
Blitar, 2025
BIODATA
HERU PATRIA adalah nama pena dari Heru Waluyo seorang novelis dari Blitar yang juga suka baca dan nulis puisi. Puisi dan cerpennya banyak dimuat di buku antologi nasional serta berbagai media cetak dan online. Selain berkarya dalam bahasa Indonesia, pendiri Paguyuban Swara Sastra Jawa ini juga menulis sastra berbahasa Jawa berupa gurit, wacan bocah, dan crita cekak. Karya sastra bahasa Jawa-nya telah dimuat di Majalah Jayabaya, Majalah Panjebar Semangat, Majalah Djaka Lodang, Majalah Kinasih, dan Harian Solopos. Penulis peraih Anugerah Sutasoma 2024 ini profil giat literasi dan sastranya telah dimuat di Radar Tulungagung, Kawentar Radar Blitar, Blitar Terkini, Literanesia.Com, serta rubrik Sosok di Harian Kompas. Buku puisinya yang telah terbit adalah Berita dari Kolong Tol (2017), Senyawa Kopi Sekeping Hati (2022), Orasi Anak Negeri (2023), Rapsodi Dua Hati (2024). Penulis bisa dihubungi di FB. Heru Patria, IG. @heru.patria.54, Twitter @HERUPATRIA3.