Kabar Duka – Rektor Unud periode 2021-2023, Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng.,IPU., meninggal dunia pada 8 Agustus 2024.
BALI, Balipolitika.com – Kabar duka datang dari Universitas Udayana, atas kepergian Rektor Unud periode 2021-2023, Prof. Dr. Ir. I Nyoman Gde Antara, M.Eng.,IPU.
Prof Antara, sapaan akrabnya, meninggal dunia pada 8 Agustus 2024 pagi. Kabar ini sungguh mengejutkan publik. Mengingat sebelumnya, Prof Antara terlihat sehat dan bugar. Tidak ada tanda sedang sakit.
Gede Pasek Suardika, kuasa hukum Prof Antara pun merasa kaget dan sangat terpukul dengan kepergian kliennya ini yang sungguh mendadak.
GPS, sapaan akrabnya, menyebutkan bahwa ia mendapatkan kabar kepergian Prof Antara sekitar pukul 06.30 WITA.
“Kami terhenyak kaget, karena kami beberapa waktu lalu mendiskusikan tentang perkembangan terakhir adanya pemaksaan pemilihan Rektor Unud, yang baru dan berpotensi ada tabrakan hukum. Jika putusan kasasinya turun memperkuat putusan bebas,” sebutnya dikutip dari media sosial pribadi GPS.
GPS dan Prof Antara pun berjanji, akan bertemu jika kesibukan GPS sebagai lawyer telah lebih landai. “Kebetulan saya sedang sibuk penanganan perkara, di berbagai kota yaitu Palembang, Jakarta, dan Denpasar sehingga kesulitan atur waktunya,” katanya.
GPS pun tak habis pikir, sebab ia melihat Prof Antara memiliki badan yang sehat. Mendiang juga seorang karateka pemegang sabuk hitam KKI.
“Kabar beliau meninggal dunia tentu hal yang sangat mengagetkan, dan membuat sedih yang terdalam. Saya mengagumi jiwa keras dan semangatnya berjuang mencari keadilan,” imbuhnya.
Lulusan Jepang dan Korea ini, memang dikenal keras dan teguh dalam sikap sehingga membuat Tim PH sangat nyaman dalam memperjuangkan hak-hak hukumnya dengan cara yang tegas dan keras juga.
GPS kemudian menjelaskan, penyebab mendiang meninggal dunia karena sebuah penyakit yang tergolong mendadak.
Yakni berawal dari rasa panas di tenggorokan, kemudian berlanjut sakit di lambung atas, yang mengakibatkan pendarahan hebat serta diare.
Upaya medis dengan penambahan kantong darah pun, kata dia, sudah dilakukan dengan maksimal. Sayangnya, diare dengan mengeluarkan darah hitam dan lengket, yang kemudian menjadi penyebab utama kondisinya drop.
Kemudian upaya penambahan darah tetap tidak bisa menolong mendiang Prof Antara. Mendiang kemudian menghembuskan nafas terakhirnya di tangan tim medis yang telah berjuang maksimal.
Bahkan anak kandung mendiang Prof Antara juga ikut berjuang dalam tim medis tersebut. Sayang takdir berkata lain, Prof Antara kemudian menghembuskan nafas terakhirnya.
“Selamat jalan Prof. Perjuangan keadilan memang tidak mudah dan Prof berjalan dengan damai di alam sana dalam status yang jelas bersih dari status sebagai narapidana. Prof telah menerima vonis tidak bersalah alias bebas murni,” tegas GPS.
Mogi Amor Ing Acintya Prof Antara. (BP/OKA)