BADUNG, Balipolitika.com– Sebanyak 40 orang pecalang se-Desa Adat Tanjung Benoa kembali ke Bali, Sabtu, 26 April 2025 usai tirta yatra ke sejumlah tempat suci alias pura di Banyuwangi, Jawa Timur.
Para pecalang atau petugas keamanan adat tradisional di Bali yang bertugas menjaga keamanan dan ketertiban di wilayah desa adat secara tulus ikhlas alias ngayah ini dilepas Wakil Ketua II DPRD Badung, I Made Wijaya, S.E. bertepatan dengan hari Umanis Galungan, Kamis, 24 April 2025.
“Beliau para pecalang tangkil tirta yatra ke Gumuk Kancil, Candi Merak, Pura Agung Blambangan, dan Alas Purwo. Ada 40 orang pecalang yang ikut dalam tirta yatra kali ini,” ungkap Made Wijaya atau akrab disapa Yonda.
Politisi Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Badung itu menambahkan bahwa tirta yatra tersebut bukan yang pertama kali dilakukan, melainkan sudah merupakan rutinitas tahunan.
“Kegiatan tirta yatra ini rutin kami lakukan. Selain pecalang, kami juga fasilitasi untuk para serati maupun kelian adat di Desa Adat Tanjung Benoa. Kegiatan spiritual ini juga merupakan aspirasi dari masyarakat yang disampaikan kepada kami selaku wakil rakyat di DPRD Badung,” bebernya.
Selain mengemban amanah sebagai Wakil Ketua II DPRD Badung masa bakti 2024-2029, Yonda yang juga dipercaya sebagai Bendesa Adat Tanjung Benoa dikenal visioner.
Selaku Bendesa Adat Tanjung Benoa sejumlah program yang digagas Yonda terbukti menyentuh langsung kebutuhan masyarakat.
Program-program dimaksud antara lain Program Kelayu Sekar, yakni program santunan kematian senilai Rp15 juta berupa banten upakara.
Selain itu, menjelang hari raya Galungan dan Kuningan serta hari raya Nyepi, Desa Adat Tanjung Benoa yang dikenal dengan wisata bahari nan eksotis itu rutin membagikan daging ayam dan babi lengkap dengan uang bumbu.
Hal ini merupakan upaya nyata dalam meringankan beban krama 4 banjar di Desa Adat Tanjung Benoa dengan jumlah kepala keluarga (KK) mencapai 830 KK. (bp/ken)