DENPASAR, Balipolitika.com- Pawai ogoh-ogoh di Malam Pengerupukan, Minggu, 10 Maret 2024 menuai sorotan karena maraknya penggunaan sound system.
Tidak adanya titik temu atau frekuensi sound system dengan gamelan baleganjur memicu kegaduhan di lapangan karena kehadirannya justru dinilai merusak dan dinilai merusak ritme serta fokus pemain gamelan baleganjur lantaran sangat bising.
Meski demikian, ternyata fakta di lapangan menunjukkan bahwa belum semua Sekehe Teruna-Teruni (STT) memiliki gamelan baleganjur sebagai musik pengiring arak-arakan ogoh-ogoh tersebut.
Salah satu buktinya adalah kala sejumlah pemuda curhat kepada Anggota Komite 1 Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia Dapil Bali, Shri I Gusti Ngurah Arya Wedakarna Mahendradatta Wedasteraputra Suyasa atau disingkat Arya Wedakarna.
Pemuda ini mengaku STT-nya (Sekehe Teruna Teruni) tidak mempunyai gamelan atau baleganjur dan bertanya apakah boleh menggunakan sound system agar bisa mengarak ogoh-ogoh lebih semangat.
“STT kami juga tidak mempunyai gambelan atau baleganjur apakah kami juga bisa memakai sound system? Supaya kami dalam mengarak ogoh-ogoh lebih semangat. Mohon masukannya nike Jik,” demikian bunyi bukti screenshot percakapan antara admin aryawedakarna dengan salah seorang pemuda yang belum diketahui alamat lengkapnya.
Menjawab pertanyaan itu, admin aryawedakarna menjawab singkat, “Hubungi ajudan ajik dan minta surat rekomendasi,” jawabnya.
Lebih lanjut admin aryawedakarna juga mempersilakan kelompok pemuda di Denpasar yang tidak mempunyai gamelan untuk mendaftar di Sekretariat DPD RI, Renon Denpasar.
“Bagi kelompok pemuda di Bali yang tidak punya gamelan, ngiring daftar di DPD RI AWK dengan alamat Jalan Cok Agung Tresna Renon Denpasar. Nanti bawa surat rekomendasi AWK ke Kapolri. Syarat harus ikuti zonasi, jangan lewat Catur Muka bagi sound karena catur muka eksklusif milik yang punya gamelan. Jam 12 Bali harus steril dan bersih baik untuk yang gamelan dan sound. Boleh sound, tapi harus musik gamelan Bali. Ogoh-ogoh harus di-somya jangan dipajang. Dilarang bawa sound horeg, jangan bawa miras, boleh pakai lighting biar seru. Dilarang bawa kembang api dan gabungkan ornamen tradisional seperti bambu (tektekan) dan semua peserta berbaju adat, Janji ya bakal disiplin,” tulis admin aryawedakarna sembari menandai akun media sosial Jokowi dan Kapolri Listyo Sigit Prabowo.
Pada unggahan sebelumnya, admin aryawedakarna juga menampilkan foto sejumlah organisasi pemuda di Bali yang memohon rekomendasi tertulis ke DPD RI untuk bisa memakai sound system di hari Pangerupukan.
“Sejumlah organisasi pemuda di Bali memohon rekomendasi tertulis ke DPD RI AWK untuk bisa memakai sound system di Pengerupukan. AWK dalam proses mendata organisasi pemuda di Bali yang tidak memiliki gamelan dan akan membina #ajikpantau,” tulis admin aryawedakarna, Jumat, 7 Februari 2025.
Dikonfirmasi, Arya Wedakarna membenarkan telah menerima aspirasi tersebut.
“Mereka cuma salurkan aspirasi,” tegas Senator Republik Indonesia yang lolos untuk ketiga kalinya di Pemilu DPD RI Tahun 2024 itu. (bp/ken)