HIDUP untuk sesama adalah aturan alam.
Hidup adalah seni membiasakan diri untuk menghadapi hal-hal yang tidak kita harapkan terjadi.
Hidup ini, ibarat sebuah permadani yang teranyam dari berbagai cerita. Dan, kita adalah mahluk pencipta makna dan cerita membuat kita terinspirasi.
Kita mesti belajar dan menyadari, setiap saat bisa jadi hari terakhir kehidupan kita.
Sebagaimana kita lihat di medsos dan baca media Radar Bali, tanggal 11 November 2024 lalu.
Musibah di Monkey Forest Ubud. Nyawa turis Prancis- Korea melayang tertimpa pohon saat jalan-jalan.
Turis Prancis Funny Justine Christine, 32 tahun dan turis Korea Selatan Kim Hyoeun, 42 tahun.
Selain itu, ada berita kebakaran di Los Angeles, negara bagian California sejak Selasa, 7 Januari 2025 hingga Senin, 13 Januari 2025 tidak kunjung padam.
Setidaknya 24 orang tewas dalam kebakaran yang hanguskan 3.127 hektar. Tak kurang dari 12.000 bangunan habis dilalap api, baik itu restoran, toko, maupun rumah sejumlah pesohor.
Dari musibah yang terjadi, Selasa, 11 Desember 2024 dan musibah kebakaran di Los Angeles, 7 Januari 2025, kita dapat belajar bahwa syarat kembali ke kampung-Nya tidak harus tua dan sakit.
Kita harus menyadari, memahami bersama, tidak satu pun yang dapat perpanjang usia kita.
Tidak dengan uang atau harta, tidak dengan kekuasaan, ketenaran, tidak juga dengan kecerdikan dan kepintaran manusia.
Hanya satu, karena KUASA dan KEMURAHAN TUHAN sebagai ANTARYAMIN, yakni PENYAKSI KEHIDUPAN.
Dan, hidup ini ibarat tempe dalam piring tidak ada yang tahu. Kapan akan dipanggil dan kembali ke kampung-Nya. Itu semua karena rahasia dan kuasa-Nya.
Selamat beraktivitas, salam sehat, rahayu untuk Anda dan kita semua. (*/bp)