Ilustrasi: Gede Gunada
RAHWANA KEPADA SITA
tentang mencintaimu,
aku punya takdirku, tapi
kamu juga punya takdirmu
untuk terus melukai tubuh barumu
bukan tentang siapa
yang paling terluka
tapi siapa yang mau tetap setia
2024
PANCALI KEPADA ABIMANYU
“siapakah ibumu, wahai putra arjuna?”
bertanya pancali kepada abimanyu
lelaki muda bertubuh emas itu
menatap kaki pancali
“aku putra drupadi
yang dilahirkan subadra….”
surya yang pernah memberi kunti seorang putra
meredupkan panasnya,
memberi celah seorang pancali
menerima tangisnya dalam hati
seekor burung membatu di udara
saat pancali berkata:
“sejatinya kamulah putra yudisthira
karena kamu yang mewarisi tahtanya
meskipun kamu terlahir
dari pecahan tubuh arjuna….”
dari sebatang pohon serapuh perjalanan
kurawa menuju api kremasinya sendiri,
aku menangis
“cinta pancali dan yudisthira
untuk putra arjuna dan subadra
melebihi cinta mereka terhadap darah
yang mengalir pada tubuh mereka sendiri….”
2024
ABIMANYU KEPADA UTARI
rahasia terbesar dalam tubuhku
sebuah peta menuju api kremasi
yang tak lagi berwarna terang
sebab
aku telah melukisnya
sebelum ibuku menyadarinya
: aku yang terlahir dengan jala karma
2024
DALAM TUBUHKU
kau tidak akan tersesat
dalam tubuhku
aku petakan tiga tempat untukmu,
masuklah lewat gerbang garbha
aku menabur madu di situ
kau rasakan aromanya
kentalnya tanpa rasa sakit,
teruslah masuk, sambil sesekali
merasakan hangat nafasku
perempuan yang tetap mencintaimu
bahkan saat kau memeluk perempuan lainmu,
di bagian ini, aku mulai menggeliat
tapi jangan berhenti melangkah
teruskan saja, rasa sakit itu biasa
kurasakan menuju hangat venus
dalam wajahku
di sini, aku sedikit berlendir
mohon jangan berhenti
aku ingin menuju puncak
tubuh terdalamku, bersamamu
2024
GADIS KECIL
gadis kecilku
terus menggendong gitarnya
sambil terus memetik nada
dari kulit tubuhnya yang makin kering
sesekali darah masih juga menetes
dari pori kulitnya
dan gitar dalam gendongan
menjilatinya dengan liar
gadis kecilku menunduk
ia terlalu perawan untuk memainkan
peran pemetik gitar ini
2024
PELANGI
namaku pelangi
bintang pelindungku serios
bintang junjungan para serigala
yang lolongannya
menghentak kaki kuda para perjaka
sebelum sempat menumpahkan hasrat
di perjamuan anggur dan roti basi
namaku pelangi
seorang lelaki
menjadikan aku anaknya
karena darah lelaki
butuh tanda kehidupan
dan harus diteruskan
ia cuma sempat memberi tanda
di keningku, agar aku
tak pernah terpinang olehnya
setelah aku tumbuh tanpa ia kenali
namaku pelangi
aku tak pernah peduli
pada warna tubuhku
sebab tarianku jauh lebih sempurna
daripada warna kelahiranku
dan menari adalah takdirku
selebihnya
aku cuma melakukannya
agar aku tampak
seperti anak perempuan lain
yang berhak hidup
namaku pelangi dan
aku tengah menulis tentang diriku
2024
BIODATA
IAO Suwati Sideman, lahir di Denpasar dan sekarang tinggal di Mataram. Puisi-puisinya dimuat di Bali Post, Bali Politika, dll. Tahun 1992, puisinya memenangkan lomba cipta puisi se-Indonesia yang digelar Sanggar Minum Kopi, Bali.
Gede Gunada lahir di Desa Ababi, Karangasem, Bali, 11 April 1979. Ia menempuh pendidikan seni di SMSR Negeri Denpasar. Sejak 1995 ia banyak terlibat dalam pameran bersama. Ia pernah meraih penghargaan Karya Lukis Terbaik 2002 dalam Lomba Melukis “Seni itu Damai” di Sanur, Bali; Karya Lukis Kaligrafi Terbaik 2009 dalam Lomba Melukis Kaligrafi se-Indonesia di kampus UNHI Denpasar.