MENOLAK MATI: Gurat Art Project membawa Kelompok 7 SDI tampil dalam pameran seni rupa termutakhir.(Foto oleh Rudi Waisnawa)
SANUR, Balipolitika.com- Pameran “Pinara Pitu” merupakan kolaborasi Kelompok 7 SDI 1990 bersama Gurat Art Project (bagian dari Komunitas Budaya Gurat Indonesia [KBGI]) yang dimulai pada awal tahun 2024 ini.
Diawali dengan pertemuan internal Kelompok 7 terlebih dahulu yang selanjutnya diajukan kepada Gurat Art Project. KBGI merupakan kelompok yang berkecimpung di dunia budaya visual Bali, baik riset, penulisan, kurasi dan exhibition making, maka kita menyambut kolaborasi ini dengan baik.
Permintaan dari pada Kelompok 7 memang menginginkan bukan sekedar pameran reuni yang menunjukkan karya terbaru saja. Saat mengetahui tempatnya di Santrian Art Gallery, Gurat Art Project langsung ke lapangan untuk menentukan bagaimana menghadirkan yang lampau sampai yang kini.
Maka, pameran “Pinara Pitu” tidak saja menghadirkan karya-karya terbaru, tetapi juga kerja kurasi yang komprehensif – mulai dari menata kembali arsip kelompok 7 SDI yang disimpan baik di museum dan oleh para anggotanya, mengkonfirmasi serta menggali pernyataan langsung sang perupa beserta kesaksian para pihak terkait yang mengikuti perjalanan mereka.

Dengan ini kami ingin berterima kasih kepada pihak Neka Art Museum, Museum Rudana, kolega-kolega Kelompok 7 SDI yang sudah bersedia berkontribusi arsip serta testimoni untuk pameran ini.
“Pinara Pitu” menjadi tajuk yang diambil dari konsep Genta Pinara Pitu dalam Lontar Prakempa dan Aji Gurnita – sebuah teks Bali yang menguraikan tentang filosofis tujuh suara alam semesta yang berevolusi menjadi nada instrumental berbagai gamelan Bali.
Pameran “Pinara Pitu” diharapkan bisa menjadi sebuah pintu masuk untuk melihat dinamika dan pergerakan artistik serta estetik Kelompok 7 SDI 1990 – melihat dan memaknai bersama apa yang Kelompok 7 telah hadirkan dalam medan sosial seni rupa Bali.
Dengan ini mari sambut yang berpameran – Bapak Made Bendi Yudha, Bapak Made Budhiana, Bapak Made Djirna, Bapak Made Ruta, Bapak Nyoman Erawan, Bapak Made Sudibia dan Bapak Nyoman Wibawa.(bp/luc)