Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Kesehatan

Suami Hilang Gairah, Titit Anak Kecil, Ibu-Ibu Jangan Abai

JANGAN TERLAMBAT: Seksolog dr. I Made Oka Negara, S.Ked., FIAS., M.Biomed. 

 

SEORANG ibu 40 tahun, bersedih saat mendapat penjelasan tentang kondisi suaminya saat ini. Sebenarnya si ibu dan suaminya sempat datang 5 tahun lalu, berkonsultasi tentang suaminya, yang mulai mengalami disfungsi ereksi. Suami tidak dapat mencapai atau mempertahankan ereksi penis yang cukup untuk berhubungan seksual.

Saat itu sempat terbantu permasalahannya sejenak dengan bantuan obat. Untuk selanjutnya saya minta melakukan pemeriksaan laboratorium, termasuk gula darah dan hormon testosteron.

Di kesempatan yang sama, si Ibu dan suaminya mengajak anak laki-lakinya, usia 9 tahun untuk diperiksa ukuran penisnya yang terlihat sangat kecil. Setelah diperiksa terdiagnosis sebagai mikropenis. Untuk memastikan juga diperiksa beberapa hormon seksual yang ternyata rendah. Disarankan terapi sebelum berusia 12 atau 13 tahun.

Rupanya, si Ibu dan suaminya menunda. Karena dipikir, bisa kapan saja, yang akhirnya terlupa. Baru balik 5 tahun berikutnya; itu adalah hari ini, Selasa, 4 Juni 2024.

Ternyata hasil testosteron sang suami sangat rendah dan saat ini mengidap kencing manis atau diabetes yang semakin tidak terkontrol.

Lima tahun lalu juga sudah terdiagnosis diabetes. Saat ini mereka baru ingin fokus berobat lagi. Kondisi jelas berbeda.

Dengan diabetes yang tidak terkontrol dan hormon testosteron sangat rendah, relatif lebih mempersulit upaya terapi pemulihan permasalahannya.

Satu lagi, untuk mikropenis anak, ini menjadi kesulitan baru. Si anak kini sudah lewat masa pubertas awal. Membuat upaya terapi (yang harusnya paling lambat di usia 12 atau 13 tahun, red) kemungkinan gagal karena terapi mikropenis menjadi tidak efektif.

Si ibu menangis. Kemungkinan terapi bisa gagal, karena terlambat.

Sebenarnya kepedulian si Ibu di awal sudah baik karena ikut memperhatikan permasalahan seksual dan reproduksi suami dan anak.

Apalagi biasanya laki-laki enggan periksa permasalahan seksual. Ini harus diapresiasi. Tetapi memang, seharusnya tidak sampai abai dan terlambat.

Dalam kasus ini, pertama, seorang laki-laki dengan gangguan ereksi yang mengidap diabetes harus lebih awal dan lebih rutin kontrol ke dokter untuk bisa dikelola gula darahnya agar fungsi ereksi juga bisa diperbaiki lebih cepat.

Kedua, anak laki-laki yang didiagnosis mikropenis, jangan sampai lewat usia pubertas awalnya untuk diterapi; jangan lewat usia 12 atau 13 tahun.

Yuk, para Ibu, bantu suami dan si anak untuk mau mengatasi permasalahan seksual dan reproduksinya. Tentu saja pihak laki-laki yang memulai dulu dan harus berani peduli permasalahan seksualnya. Mari. (bp/ken)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!