Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

PuisiSastra

Puisi-Puisi BH Riyanto

Ilustrasi: Gede Gunada

 

DI TEPI MAGHRIB

Khusyuk yang didesirkan gerimis
Melinangkan air matamu ke tepi maghrib
Isyarat-isyarat yang tak hanya bisu itu
Mendekap hening dan rindu bertubi-tubi

(2024)

 

DATANG DAN PERGI

Petang beranjak sepelan degup doa
Dalam diam kau pun kembali berkidung
Mengapa datang dan pergi kerap tak sama?

Meski bisa saja sama
Dicerna dan dimakna

Atau dirasa!

(2024)

 

SEPIMU

Siapakah yang membelaimu
Ketika seluruh nyeri luruh di pelupuk mata sepimu?

Duhai, siapakah yang melukiskan segenap tanda, atas segala rindu membirumu?

Dan di sisa isak yang paripurna
Manakah kini sesungguhnya yang paling berarti
Sepimu atau kenangankah?

(2024)

 

MENAKAR SENYAP

Ia menakar senyap
dari segenap riuh rindu

Dan senja memeluk hatinya
yang kian jingga

Ia pun terpaku

Dari sepi ke perih
dari perih kembali
ke jantung sepi

Ya, ia menakar senyap

Mungkin
hingga ke tangis rindu
paling pilu

(2023)

 

SETIAP RINDU

Setiap rindu adalah nyanyian desir angin; melambaikan daun-daun doa; yang mengekalkan selaksa kegelisahan pada isak kekasih

Setiap rindu adalah kelebat bayangan awan-awan kelabu; memahat segenap lirih perih di ufuk-ufuk penantian

Setiap rindu adalah gemulung gelombang; yang tak henti beriak di samudera kesendirian; menabuh ribuan senja; yang turun begitu perlahan

Maka setiap rindu adalah kau-aku; yang selalu tabah mendekap segala nyeri luka; pada selengkung bianglala kenangan

(2023)

 

DI DERMAGA KECIL ITU

Senja pun datang padamu, tanpa kopi. Tanpa cerita.

Derau angin berkali menampar mata sayumu. Sampai kapan kau menanggung lebamnya rindu?

Di dermaga kecil itu, ada yang hendak kau tulis. Mungkin gelegak ombak. Atau gemuruh di palung hatimu.

Lampu-lampu di tepian mulai menyala.

Sedang kau tak jua beranjak. Menatapi senja yang hilang perlahan; tanpa kopi, tanpa cerita.

Tanpa kata-kata.

(2023)

 

BIODATA

BH Riyanto atau Budi Hariyanto, menulis puisi dan melukis. Buku puisi terbarunya “Musim Orang Mati” (2024). Tinggal di Desa Kaduara Barat, Kecamatan Larangan, Pamekasan-Madura.

Gede Gunada lahir di Desa Ababi, Karangasem, Bali, 11 April 1979. Ia menempuh pendidikan seni di SMSR Negeri Denpasar. Sejak 1995 ia banyak terlibat dalam pameran bersama. Ia pernah meraih penghargaan Karya Lukis Terbaik 2002 dalam Lomba Melukis “Seni itu Damai” di Sanur, Bali; Karya Lukis Kaligrafi Terbaik 2009 dalam Lomba Melukis Kaligrafi se-Indonesia di kampus UNHI Denpasar.

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!