Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Hukum & Kriminal

Gawat Darurat, Tajen Digerebek, Bebotoh Terkencing-Kencing di Badung Utara

TUNGGANG LANGGANG: Sejumlah bebotoh alias penghobi adu ayam lari tunggang langgang ke kebun-kebun warga setelah tajen yang digelar berdekatan dengan Pura Puncak Manik, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung digerebek aparat kepolisian, Selasa, 19 September 2023. 

 

BADUNG, Balipolitika.com- Tajen atau sabung ayam sudah dikenal sejak zaman Majapahit dilihat dari kitab atau pedoman Pararaton. Tetapi dalam kitab ini jenis dari taruhan belum diketahui. Kitab Pararaton pada zaman sekarang bisa disebut sebagai sastra babad.

Berbeda dengan Filipina di mana adu ayam aliasa “Sabong” ini sangat pupuler dan dilegalkan karena dinilai sebagai industri penghasilan miliaran dollar, di Indonesia meski aktivitas ini membudaya dan mendarah daging, tajen dinilai merupakan perjudian yang melanggar ketentuan Pasal 303 ayat (3) yang diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1974 tentang Penertiban Perjudian.

Di satu sisi membudaya dan lestari hingga detik ini, di sisi lain dilarang oleh undang-undang. Akibatnya kucing-kucingan terjadi terus-menerus dan tidak pernah ada penyelesainnya.

Fakta ini salah satunya terungkap dalam sebuah postingan saat tajen yang digelar berdekatan dengan Pura Puncak Manik, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung digerebek aparat kepolisian, Selasa, 19 September 2023.

Para bebotoh- sebutan lain penghobi tajen- lari tunggang langgang dan menyelamatkan diri dari kejaran aparat hingga ke kebun-kebun warga setempat.

“Situasi terkini, gawat, Badung, tajen dibubarkan, ayam diangkut. Tiga ayam, ayam saya juga naik. Kenken Cut? Wak ngelah gumi dini kene gen? Sing percaya cang jani ne kene. Uling joh cang uli Denpasar mai ngabe siap juang ken polisi dini, lari tunggang langgang niki Sameton. Gawat darutat,” ucap salah seorang bebotoh yang merekam peristiwa penggerebekan tersebut.

Dalam bahasa Indonesia pernyataan sang bebotoh bermakna sebagai berikut. “Bagaimana Cut? Kamu punya wilayah di sini kok begini? Saya jadi tidak percaya kalau begini (digerebek, red). Dari jauh saya ke sini, dari Denpasar membawa ayam, diambil sama polisi di sini. Lari tunggang langgang ini pemirsa. Gawat darurat,” ungkapnya.

Sang bebotoh posisinya saat merekam peristiwa tersebut ada di Badung, Kecamatan Petang, tepatnya di Pura Puncak Manik.

“Gawat. Bebotoh berhamburan. Ampun, semua lari ke kebun-kebun tunggang langgang, terbirit-birit, terkencing-kencing, saya juga ikut lari, tapi diam di sini,” imbuhnya.

“Ayam saya ikut dinaikkan Sameton sareng sami (pemirsa semuanya). Niki (ini) situasi terkini, Badung gawat. Nggak bisa ditoleransi harus diangkut. Sisa bebotoh masih duduk di sini akan diambil menggunakan truk. Semeton sehobi sareng sami ngiring tiarap dumun ajak mekejang. (Kawan-kawan sehobi ayo tiarap dulu semuanya). Rahayu, rahayu, rahayu,” pesannya dalam sebuah video berdurasi 1 menit 47 detik. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!