Ilustrasi: Bonk Ava
Jalan Tak Bernama
di sini kayu-kayu mulai lapuk,
bersama iringan dedaunan kering,
kala itu bahagia termakan angin ribut,
hujan ikut menghasut,
melontarkan seluruh cinta yang hambar,
jauh terperosok di bawah sengangar,
rindu bertarung sangat seru,
sosokmu seakan hadir di sepanjang jalan,
membangunkan serangga dari pepohonan,
bertampik melawan terik,
bayang dirimu menari-nari memecah sepi,
semuanya pudar,
semuanya musnah,
diriku melemah,
rautmu mengusir ramah,
janji berganti keji,
selama ini kita berada di jalan palsu,
tak berwarna,
tak berupa
tak bernama.
Tabanan, 12 November 2022
Ru(m)ah
ibu bilang aku cantik,
ayah takut aku dilirik,
kakek tertawa melihatku tersipu malu,
sedangkan nenek bersenandung nyaring,
di atas dipan bambu sambil berbaring,
pipit-pipit jenuh ingin bersandar,
hadir di wuwungan berusia satu abad,
mencuri obrolan seisi rumah,
sonder berkicau,
tapi ingin berbagi kisah,
saat udara mulai melempar gerah,
bilik-bilik kayu merangkul sejuta cerita,
serambi setia menyambut ribuan kepulangan,
adik kakak nyaman menaruh keluh,
sembari menyindir diriku,
si wajah cantik yang unik,
sedikit bercanda mereda kesalku,
aku pun luluh dan terenyuh,
semua sedih dan gembira mengalir ruah,
di rumah kakek si pelindung ulah.
Tabanan, 12 November 2022
Hanya Delapan Baris
pertama mengetuk pintu hati,
kedua mengukir nama sejati,
ketiga memeluk nurani berselimut damai,
keempat melahirkan bijak bestari,
kelima sabar menaklukan kesusahan,
keenam pasrah dihanyutkan doa-doa,
ketujuh semangat kembali berpendar,
hingga kedelapan teguh membasmi keterpurukan.
Tabanan, 12 November 2022
Tiga Windu
satu detik satu menit satu jam,
mengawali takdir pada suatu kehidupan,
disebutkan hidup hanya sekali,
tapi rasa lahir berulang kali,
mengendap sampai pengap membekap,
bertahun-tahun menimang keadilan,
otak sengkarut ditipu dunia berwajah kusut,
mungkinkah ini jebakan atau cobaan,
menjadikan raga berhias curiga,
sukma tertatih,
mengorek gembira hampir punah,
menyusuri angan dikepung halimun,
tiga windu bertarung,
menentang keraguan,
melawan pisau-pisau kerisauan,
seperti bertaruh di tubir maut.
Tabanan, 12 November 2022
BIODATA
Indrariyani adalah sarjana Psikologi. Menyukai dunia puisi sejak remaja. Memutuskan untuk aktif menulis puisi di awal tahun 2022 dengan mengikuti beberapa kelas puisi secara online. Beberapa karyanya pernah dimuat pada media online seperti kabaran.id, Sumenep News, pahatansastra (instagram), dan Dermaga Sastra serta buku-buku kumpulan puisi oleh Ellunar Publisher, Puspamalapustaka, Nebula Publisher dan funbahasa. Bergabung dalam kelas puisi Asqa Imagination School (AIS), Community Pena Terbang (COMPETER) dan Komunitas Kembang Rampai Bali.