PROTOTYPE: (Kolase) Uji coba prototype Stapler Organik hasil pengembangan LPPM Unud oleh Ketua Grup Riset Teknologi Tradisional Bali, Prof. Dr. Ir. I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa, MT., pada ibu-ibu kelompok Serati, Desa Batuan, Sukawati, Gianyar, pada Sabtu, 10 Agustus 2024. (Sumber: Gung Kris)
GIANYAR, Balipolitika.com- Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Udayana (LPPM Unud) mengembangkan alat stapler organik untuk janur, dalam upaya mengurangi penggunaan stapler konvensional berbahan logam untuk kegiatan mejait banten sehari-hari masyarakat Hindu Bali.
Sosialisasi penggunaan prototype (alat contoh) stapler organik tersebut dilakukan oleh tim mahasiswa Program Udayana Mengabdi, di bawah asuhan Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang sekaligus Ketua Grup Riset Teknologi Tradisional Bali, Prof. Dr. Ir. I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa, MT., kepada ibu-ibu kelompok Serati, Desa Batuan, Sukawati, Gianyar, pada Sabtu, 10 Agustus 2024.
“Jadi kita coba kembangkan stapler organik ini di masyarakat, mengingat penggunaan stapler konvensional berbahan logam sudah sangat masif sekali dan kurang ramah lingkungan, jadi kita kenalkan di masyarakat alat baru dengan menggunakan bahan alami seperti semat. Walaupun dalam prototype yang kita sosialisasikan di masyarakat ini masih banyak kekurangan tetapi kedepan kita akan coba sempurnakan lagi,” ungkap Prof Nitya.
Prof. Nitya menjelaskan, prototype stapler organik ini masih dalam tahap pengembangan dan penyempurnaan, kendala yang dihadapi pihaknya adalah terkait manufaktur dalam upaya untuk memproduksi massal alat tersebut, dimana Bali sangat minim industri untuk dijadikan mitra dalam pembuatan alat stapler ramah lingkungan tersebut.
“Menjadi tantangan bagi kami kedepan bagaimana bisa memproduksi alat ini secara massal. Masalahnya, di Bali sangat minim sekali industri manfukatur yang bisa kita ajak kerja sama untuk mengembangkan alat ini, sehingga kami berharap kedepan ada pihak yang tertarik untuk kerja sama dalam pengembangan alat ini di Bali,” cetusnya.
Selain itu ia berharap, melalui sosialisasi yang telah dilakukan terhadap penggunaan stapler organik ini, kedepan masukan-masukan dari masyarakat akan ditampung untuk uji coba penyempurnaan alat bantu mejait janur ini hingga dapat dinyatakan layak untuk digunakan secara massal di Bali. (bp/gk)