DENPASAR, Balipolitika.com- Di tanah Bali yang kaya akan tradisi dan filosofi hidup, kesetiaan pada kawitan—leluhur dan asal-usul—bukan sekadar ajaran turun- temurun, melainkan napas yang menghidupi keseharian. Agung Manik Danendra (AMD), tokoh publik yang dikenal luas sebagai “The Real Sultan Dermawan Bali,” melihat nilai luhur ini dalam sikap Gubernur Bali, Wayan Koster.
Ketika Koster memilih untuk tidak menghadiri retreat kepala daerah yang diinisiasi Presiden Prabowo Subianto, ia tidak hanya mengikuti arahan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, tetapi juga menunjukkan kesetiaannya kepada “induk politik” yang telah membesarkannya.
Sebagaimana diketahui, Koster bersama delapan bupati dan wali kota dari PDI Perjuangan di Bali serentak absen dalam acara tersebut.
Bagi sebagian orang, keputusan ini mungkin dianggap sebagai manuver politik, tetapi bagi AMD, ini adalah bukti nyata bahwa Koster adalah pemimpin yang memegang teguh prinsip.
“Sebagai orang Bali, kita tidak boleh melupakan kawitan, harus selalu eling, setia kepada leluhur, apa pun risikonya,” ujar tokoh publik Bali yang pernah digadang-gadang maju sebagai Calon Gubernur Bali pada Pilgub Bali 2024 lalu.
Dari Kritikus Tajam Menjadi Penghormatan Mendalam
Menariknya, AMD yang sebelumnya kerap melontarkan kritik terhadap Koster di periode pertamanya, kali ini justru mengangkat topi tanda hormat.
Baginya, duet Koster-Giri Prasta sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Bali merupakan kombinasi yang ideal.
Keduanya telah terbukti berpengalaman dalam birokrasi pemerintahan. Jika Koster dikenal dengan gaya kepemimpinan strategisnya, Giri Prasta yang sebelumnya Bupati Badung punya julukan “Bupati Bares” karena sering menggelontorkan bantuan bagi rakyatnya.
“Harapan saya, Pak Giri bisa lebih bares lagi, lebih luas jangkauannya sebagai Wakil Gubernur Bali,” kata pria bernama lengkap Dr. Anak Agung Ngurah Manik Danendra, S.H., M.H., M.Kn., itu.
Antara Kesetiaan dan Tantangan Politik
Keputusan Koster untuk mengikuti garis partai, menurut AMD, adalah wujud loyalitas yang langka.
Ia membandingkan Koster dengan sosok lain yang pernah dibesarkan oleh partainya, namun belakangan memilih jalan berbeda.
Jokowi, yang diangkat oleh kawitan-nya hingga menjadi Presiden RI dua periode, kini justru berseberangan dan bahkan dipecat dari partainya.
“Berbeda dengan Koster, yang tetap setia pada induk politiknya. Ini patut dihormati,” tegasnya.
Namun, AMD juga tidak menutup mata terhadap risiko yang mengintai seiring dinamika politik yang semakin tajam di mana ia khawatir hubungan Bali dengan pemerintah pusat bisa terganggu.
“Jangan sampai Bali nanti ‘sing ade ape de”—tidak mendapat perhatian. Dukungan dari pusat sangat kita perlukan untuk pembangunan,” katanya penuh keprihatinan.
Jalan yang Tidak Lagi Sejalur
Bagi AMD, apa yang terjadi saat ini ibarat rel kereta api yang mulai berbelok ke arah berbeda.
Meskipun belum bisa dikatakan sebagai perlawanan terhadap Presiden RI, ia melihat adanya pemikiran yang semakin berseberangan antara pemerintah pusat dan kepala daerah dari Bali.
“Kalau saya jadi gubernur, saya akan mendahulukan kepentingan negara di atas segalanya. Tapi, saya bukan kader PDI P, jadi tentu posisi saya berbeda dengan Koster yang harus menaati garis partainya,” ujarnya dengan nada reflektif.
Kesetiaan yang Menginspirasi
Di tengah politik yang kerap diwarnai kepentingan pribadi, AMD menilai keteguhan Koster adalah sesuatu yang luar biasa.
Ia membandingkan dengan pengalaman hidupnya sendiri, di mana terkadang ada perbedaan pendapat dengan orang tua, tetapi tetap dihormati.
“Saya salut dengan Pak Koster yang tetap eling kepada kawitan-nya. Kadang hati bisa berontak, tetapi tetap taat pada instruksi partai. Itu luar biasa,” pungkasnya.
Seperti ombak yang tak lelah mencumbu pasir pantai, kesetiaan Koster kepada partainya terus bergelora.
Ia memilih tetap tegak dalam prinsipnya, meski angin politik bisa berembus ke segala arah.
Sejarah akan mencatat, bahwa dalam pusaran politik yang penuh intrik, masih ada pemimpin yang menjunjung tinggi nilai-nilai ke-Balian: setia, teguh, dan tak tergoyahkan. (bp/tim)