Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Ekbis

Derita Peternak Bali, Celukan Bawang Panas, Beli Es Batu Rp18 Juta Agar Babi Tak Mati

Protes Jalur Darat Ditutup

DERITA PETERNAK BALI: Bukti kwitansi pembelian es batu senilai Rp18.000.000 oleh CV ASA agar babi-babi yang dikirim ke Kalimantan melalui Pelabuhan Celukan Bawang tidak mati saking panasnya suhu di lokasi tersebut.   

 

DENPASAR, Balipolitika.com Komisi II DPRD Bali yang dipimpin Ida Gede Komang Kresna Budi dinilai tak berpihak pada peternak babi skala kecil dan menengah di Bali yang menggantungkan hidup dari berbisnis lintas pulau, khususnya ke Kalimantan.  

Buktinya berupa surat dengan kop Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Bali bernomor B.08.593.43/20228/PSD/Setwan yang ditujukan kepada Ketua DPRD Provinsi Bali tertanggal Senin, 19 Juni 2023. 

Poin kedua surat tersebut bertuliskan bahwa ada jalur pengiriman babi ke Kalimantan melalui Pelabuhan Celukan Bawang. Untuk itu, Komisi II DPRD Provinsi Bali dan Tim Ahli DPRD Bali mengkaji masalah tersebut memutuskan bahwa pengiriman babi ke Provinsi Kalimantan melalui Pelabuhan Celukan Bawang.

Adapun alasan menutup akses pengiriman babi ke Kalimantan via Pelabuhan Gilimanuk atau jalur darat dan mengharuskan pengiriman lewat Pelabuhan Celukan Bawang alias jalur laut adalah pernyataan MUI Kalimantan Tengah yang memohon ada alternatif lain selain jalur darat pengiriman ternak babi dari Provinsi Bali ke Kalimantan.

Alasan ini dinilai peternak berlebihan mengingat stakeholder di Kalimantan sudah melakukan klarifikasi dan menegaskan tidak ada pelarangan pengiriman babi via jalur darat. 

Pengiriman babi via jalur laut (Pelabuhan Celukan Bawang, red) sendiri juga tidak bisa menghindari jalur darat mengingat luasnya wilayah Kalimantan. Untuk sampai ke daerah tujuan misalnya, dari Pelabuhan Sintete menuju Pontianak babi-babi tersebut harus diangkut truk melewati jalur darat dengan menempuh jarak 4 jam 33 menit.

Derita peternak saat mengirim ternak babi ke Kalimantan melalui Pelabuhan Celukan Bawang, Kecamatan Gerokgak, Buleleng diceritakan oleh Putu Ria Wijayanti, SE dari CV ASA. Pengalaman pahit itu dialaminya pada 23 Mei 2023.

Agar 1.000 ekor babi yang dikirim ke Kalimantan selamat ia harus merogoh kocek lebih, yakni Rp18.000.000 untuk membeli 1.200 balok es yang per baloknya seharga Rp15.000. 

“Celukan Bawang itu panas. Jangankan babi, kita aja pengap-pengap. Kalau tidak diberikan es mungkin akan banyak babi kami yang mati kala itu,” ungkap Ria sembari mengirimkan bukti kwitansi pembelian es balok. 

Ria mengaku super heran dengan sikap Komisi II DPRD Bali yang justru melarang pengiriman babi ke Kalimantan lewat jalur darat pada saat di daerah tujuan Kalimantan sendiri sama sekali tidak ada larangan lalu lintas babi.

“Kalau dari Pelabuhan Gilimanuk kapan pun kita kirim ternak selalu tersedia kapal angkutan. Mau bawa 1 truk sekali pun masih bisa jualan. Dari segi modal pengiriman, kami peternak jauh lebih ringan. Kalau 1 kapal seperti pengalaman saya pribadi pada 23 Mei 2023 lalu modal yang harus kami keluarkan untuk uji laboratorium saja berkisar Rp 100 juta rupiah. Kami kirim lewat Pelabuhan Gilimanuk juga harus melewati uji laboratorium lengkap. Bedanya modal pengiriman lebih terjangkau. 1 truk isi 50 ekor kurang lebih Rp5 juta rupiah,” bebernya.

Diberitakan sebelumnya, Ketua Komisi II DPRD Bali, Ida Gede Komang Kresna Budi menegaskan pihaknya memberikan jalur terbaik untuk kenyamanan semua pihak.

“Kami Komisi II memberikan alternatif jalur yang terbaik utuk kenyamanan semua pihak,” ungkapnya, Senin, 19 Juni 2023.

Soal sudah tidak adanya pelarangan di Provinsi Kalimantan terkait lalu lintas babi lewat jalur darat yang notabene jauh lebih murah dan menguntungkan peternak menengah ke bawah asal Bali, Kresna Budi berdalih pengiriman lewat darat rentan dengan isu-isu. 

“Kalau ada yang lebih baik dan tidak menimbulkan ketidaknyamanan, kenapa tidak? Apalagi hewan yang dikirim rentan dengan isu-isu,” tandasnya. 

Saat disinggung tidak adanya kapal pengangkut ternak di Pelabuhan Celukan Bawang dan adanya monopoli oleh satu-satunya kapal pengangkut babi di sana, yakni  PT Fajar Semesta Indah, Kresna Budi menegaskan selama ini tidak ada masalah. 

“Selama ini nggak ada masalah. Banyak pengirim melalui Celukan Bawang. Coba tanya Kaop Celukan Bawang,” tegasnya.

Saat redaksi menanyakan ongkos pengiriman babi lewat Pelabuhan Celukan Bawang yang jauh lebih mahal dibandingkan Pelabuhan Gilimanuk, Kresna Budi menampik pertanyaan redaksi. “Kata siapa?” tanyanya balik. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!