Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Uncategorized

Denpasar Harus Serius Atasi Banjir dan Kekeringan

HARI BUMI: Prof. Dr. Ir. I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa, MT. (Sumber: bp/gk)

 

DENPASAR, Balipolitika.com– Salah satu akademisi Fakultas Teknik Universitas Udayana (FT Unud), Prof. Dr. Ir. I Gusti Ngurah Nitya Santhiarsa, MT., berharap Kota Denpasar bisa lebih serius merealisasikan program pembangunan ramah lingkungan biopori sebagai sebuah solusi mengatasai permasalahan banjir yang kerap terjadi saat memasuki musim penghujan.

Hal tersebut diungkapkan pria yang akrab disapa Prof. Nitya kepada wartawan balipolitika.com saat dimintai tanggapannya dalam momentum Hari Bumi Sedunia yang jatuh pada Senin, 22 April 2024.

KPU Kabupaten Gianyar KPU Kabupaten Gianyar

“Kami berharap Pemerintah Kota Denpasar mau serius untuk mengkaji program biopori secara lebih sistematis, memasukannya ke dalam program pembangunan yang ramah lingkungan. Peraturannya diperkuat lagi sebagai upaya mengatasi permasalahan banjir yang kerap terjadi setiap tahun,” ungkap Prof. Nitya.

Selain itu, ia juga memaparkan tentang bagaimana mewujudkan sumber air tanah yang berkelanjutan lebih-lebih berdasarkan kajian dan riset diketahui bahwa kebutuhan air tawar semakin meningkat seiring dengan pertambahan penduduk di kota dan peningkatan aktivitas manusia.

Pada saat yang sama terjadi peningkatan polusi lingkungan dan adanya maraknya pelanggaran jalur hijau yang menjadi pemicu awal krisis air di Kota Denpasar.

“Untuk mengetahui kondisi ketersediaan air tanah di Kota Denpasar diperlukan beberapa data hasil pengamatan, terutama data tentang curah hujan dan tinggi air muka tanah, baik selama musim kemarau maupun musim hujan. Berdasarkan logika, jika curah hujan tinggi, daya serap permukaan tanah tinggi, maka tinggi muka air tanah akan rendah (diukur dari permukaan tanah, red) dan yang menjadi pokok perhatian adalah kondisi permukaan tanah. Daya serap air hujan oleh permukaan tanah bergantung pada besarnya porositas (berpori, red) dan luas tanahnya, Di mana akibat laju pembangunan fisik yang tinggi di perkotaan membuat menurunnya luas ruang terbuka hijau dan ruang terbuka biru,” jelasnya.

Ia menerangkan, semakin banyak gedung dan jalan, maka makin rendah kemampuan permukaan tanah di area tersebut dalam menyerap air hujan.

Terlebih pada saat yang sama, bisa jadi pemanfaatan air tanah sebagai sumber air bersih semakin meningkat baik karena pertumbuhan rumah tangga ataupun industri sehingga cadangan air tanah pun makin lama makin berkurang.

“Jika air tanah berkurang terus, maka bahaya atau krisis air bersih akan muncul sebagai ancaman bagi kelestarian kehidupan di perkotaan. Bagaimana sikap kita dalam menghadapi ancaman krisis air tanah ini?” tanyanya.

Selanjutnya, pembuatan lubang biopori maupun sumur resapan menjadi sebuah solusi ke depan. Prinsipnya dengan mengganti luasan pori tanah (bidang horizontal) yang telah tertutup lapisan beton dan aspal dengan luasan pori tanah (bidang vertikal) pada lubang.

Secara proporsional bisa diperkirakan berapa lubang biopori atau lubang sumur yang diperlukan untuk ekuivalensi dengan luas tanah yang telah dibangun, yaitu dengan perbandingan luas persegi tanah terbangun dengan luas dinding silinder atau tabung (asumsi lubang berbentuk slinder, red), maka rasio ini menunjukkan jumlah dari lubang biopori yang diperlukan, demikian juga dengan hitungan jumlah sumur yang dibutuhkan.

“Prinsip utama ecodrain (biopori, red) ini adalah bagaimana memasukkan air hujan sebanyak mungkin ke dalam tanah, sehingga tidak terjadi genangan air atau banjir di suatu wilayah kota,” cetusnya.

Ia menambahkan, manfaat tambahan lubang biopori dan sumur resapan adalah untuk tempat pembuangan sampah organik yang nantinya bisa dipanen sebagai sampah organik, jadi gerakan biopori dan sumur resapan ini banyak manfaatnya, atau bisa dinyatakan gerakan ini sangat ekonomis sekaligus sangat ekologis, dinalai sebagai salah satu solusi untuk mengatasi masalah banjir dan kekeringan di Kota Denpasar. (bp/gk)

Berita Terkait

Back to top button

Konten dilindungi!