DOSA DEMOKRASI DI PILGUB BALI: (Kiri-kanan) Senator RI Dapil Bali terpilih 2024, Dr. Shri Arya Wedakarna dan Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra. (Ilustrasi: Gung Kris)
DENPASAR, Balipolitika.com- Menanggapi ramainya kabar berhembus terkait gerakan kotak kosong dengan menggiring opini Pasangan Calon (Paslon) tunggal di Pilkada Bali 2024 mendatang, Senator RI Dapil Bali terpilih 2024, Dr. Shri IGN Arya Wedakarna, S.E.(M.Tru). M.Si., alias AWK yakin kotak kosong akan memenangkan kontestasi, pada 27 November 2024 mendatang.
Hal tersebut diungkapkan AWK secara langsung saat wawancara eksklusif bersama Balipolitika.com, memungkinkan fenomena kemenangan kotak kosong di Pilgub Bali 2024 bisa saja terjadi melihat adanya dinamika politik di lapangan, terkait dorongan sebagian besar masyarakat yang menginginkan adanya perubahan struktur di pemerintahan Bali kedepan.
“Ketika memang benar kotak kosong itu terjadi di Bali, saya bisa pastikan yang akan menang adalah kotak kosong. Sepertinya akan kearah situ, karena titiang (saya, red) banyak ngobrol dengan relawan dan tokoh politik, apalagi ada muncul gerakan asal jangan si anu. Itu mungkin (kemenangan kotak kosong, red) saja terjadi dan banyak daerah yang justru kotak kosong menang seperti di Sulawesi,” sentil AWK, dikutip pada Rabu, 12 Juni 2024.
Selanjutnya ia menjelaskan, jika memang fenomena kemenangan kotak kosong itu terjadi di Pilkada Bali 2024 memungkinkan untuk Pj. Gubernur Bali, Sang Made Mahendra Jaya kembali menjabat sebagai gubernur periode 2024-2029, bukan tanpa alasan karena jika kemenangan kotak kosong di suatu daerah itu terjadi, mengharuskan pemerintah di bawah komando Presiden RI terpilih 2024, Prabowo Subianto melalui Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) untuk menunjuk langsung pejabatnya.
“Oh bukan, bukan pilkada ulang kalau kotak kosong yang menang. Seperti kejadian di Sulawesi, di sana ada kotak kosong menang pemerintah langsung menunjuk 5 tahun Pj (Penjabat, red) untuk memimpin dan saya berharap itu terjadi, kalau memang dosa-dosa politik ini terus dipaksakan di Bali,” tegasnya.
Selain itu, AWK juga mengatakan kemungkinan Pj. Sang Made Mahendra untuk kembali menjabat Gubernur Bali periode 2024-2029 bisa saja diputuskan Pemerintah Indonesia, karena melihat kenyataan saat ini Bali dilanda defisit hingga Rp 1,9 Triliun yang mengakibatkan tingginya angka Golput (golongan putih) alias tidak memilih di Pilkada Bali 2024.
“Jangan salah loh ketika fenomena golput itu tinggi di Bali akan merubah hasil kontestasi, orang (masyarakat, red) udah banyak yang malas sekarang, apalagi ada defisit dan gerakan asal bukan si anu dianggap sebagai kegagalan partai. Udahlah kalau memang mau dipaksakan (kotak kosong, red) itu, ya tinggal menangkan saja toh tinggal 20 persen, jadi itu 50 persen plus 1,” tutup AWK. (bp/gk)