BALI, Balipolitika.com – Sebelum Galungan, umat Hindu akan merayakan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali. Lalu apa maknanya dari kedua Sugihan ini. Berikut penjelasan Jero Mangku Ketut Maliarsa.
Berdasarkan perhitungan kalender Bali, akhir bulan April 2025 ini, umat Hindu merayakan hari suci Galungan. Sebelum itu, ada dua hari suci yang menjadi perhatian yaitu hari suci Sugian Jawa yang tepat pada Wrespati Wuku Sungsang, 17 April 2025.
Serta rahina Sukra, Kajeng Kliwon Uwudan, Wuku Sungsang Hari suci Sugihan Bali (18 April 2025). Hari suci Sugihan Jawa dan Sugihan Bali, oleh umat Hindu sebagai hari suci yang sangat tepat untuk melaksanakan ritual dalam rangka penyucian atau pembersihan bhuana agung, alam semesta (makrokosmos).
Serta penyucian alam manusia sendiri atau bhuana alit (mikrokosmos). “Pembersihan atau penyucian bhuana agung dengan cara membersihkan alam dari sampah-sampah, menjaga kelestarian alam dan juga membersihkan palinggih, tempat persembahyangan sehingga tampak bersih dalam rangka akan menghaturkan sesaji,” jelasnya.
Pada saat itu, juga datangnya hari besar kemenangan dharma pada hari suci Galungan. “Hari suci Sugihan Bali untuk membersihkan bhuwana alit alam manusia itu sendiri, atau mikrokosmos. Sehingga tumbuh kesucian lahir dan batin,” tegas pemangku asal Bon Dalem ini.
Secara filosofi, menurut Lontar Sundarigama bahwa kata ‘Sugihan’ dari kata Sugi yang artinya penyucian atau pembersihan dan mendapat sufiks – an artinya membuat jadi. Yang berarti membuat jadi bersih atau suci,baik bhuwana agung,maupun bhuana alitnya.
“Kata Jawa, pada Sugihan Jawa beranalogi dengan jaba yang artinya luar yaitu alam semesta. Kata Bali berarti kembali ke dalam diri sendiri alam manusia itu sendiri,” jelas pemangku Pura Campuhan Windhu Segara ini.
Sehubungan dengan itu, kedua alam ini harus bersih. Pembersihan alam manusia dengan penyucian semisal prosesi malukat pada air campuhan, mata air, mandi di pantai atau malukat dengan kelungah nyuh gading.
“Dan yang tidak kalah pentingnya adalah membersihkan hal-hal negatif dalam pikiran, dengan jalan menerapkan ajaran kebenaran (ajaran agama),” tegasnya. Hal seperti ini akan mewujudkan kesucian lahir batin para umat Hindu sendiri.
Di samping itu, bahwa kedua hari suci ini jangan salah penafsiran. Misalnya Sugihan Jawa adalah hari suci umat Hindu yang berasal dari Jawa. Sugihan Bali adalah hari sucinya umat Hindu asli Bali.
“Hal ini dulu salah kaprah, sedangkan yang benar bahwa kedua hari suci Sugihan ini harus terlaksana oleh umat Hindu di manapun, karena berkaitan dengan dualita dalam kehidupan umat manusia,yaitu makrokosmos dan mikrokosmos.
“Berkaitan dengan itu, landasan pemikiran kita sebagai umat Hindu di Bali harus sudah berubah karena eksistensi kedua alam ini tidak dapat terpisahkan atau lepas dalam kehidupan sebagai umat manusia,” tegasnya.
Dengan pembersihan kedua alam ini, maka akan berimplikasi pada pencapaian kemenangan dharma melawan adharma pada puncak hari suci Galungan.
Menurut keyakinan umat Hindu, bahwa kemenangan dharma akan terwujud jika para umat Hindu melaksanakan penyucian diri dan penerapan ajaran kebenaran dengan konsisten.
Sehingga akan mewujudkan kebersihan lahir dan batin, serta ini juga akan berpengaruh terhadap kebersihan alam semesta sehingga terwujudlah keharmonisan, ketenteraman dan kesejahteraan hidup.
Kesimpulannya, bahwa hari Suci Sugihan Jawa dan Sugihan Bali adalah wujud umat Hindu untuk pembersihan bhuwana agung dan bhuana alit. Dan kedua hari suci ini wajib untuk mencapai keseimbangan alam semesta dan alam manusia itu sendiri.
Sehingga memunculkan apa yang sesuai dengan tujuan hidup umat Hindu. Yakni Mokshartham Jagadhita Ya Ca Iti Dharma mencapai kebahagian lahir dan batin. Baik di atas dunia maupun di akhirat berdasarkan kebenaran. (BP/OKA)