BALI, Balipolitika.com – Bulan April hingga Mei 2025 menjadi bulan baik bagi masyarakat Hindu di Bali, khususnya karena konon roh leluhur dan para dewa-dewi turun ke dunia memberi karunia.
Hal ini seiring dengan adanya upacara besar di Pura Besakih, yaitu Ida Bhatara Turun Kabeh kemudian sejalan dengan menjelang Galungan, Kuningan.
Tapi sebelum itu, umat Hindu akan melaksanakan Sugihan Jawa dan Sugihan Bali terlebih dahulu. Hari ini, 17 April 2025 adalah Sugihan Jawa dan besok, 18 April 2025 adalah Sugihan Bali.
Bertepatan pula dengan Wuku Sungsang. Wuku sebelum Wuku Dungulan, saat hari suci Galungan menanti. Namun sebelum Galungan, umat Hindu di Bali mengenal hari suci Sugihan.
Hari raya Sugihan ada dua, yakni Sugihan Bali dan Sugihan Jawa yang jatuhnya pada Wuku Sungsang. Dalam Lontar Sundarigama, bahwa pada hari suci Sugihan Jawa, umat Hindu meyakini para dewa dan roh leluhur turun ke dunia membesarkan hati umat manusia. Sembari menikmati persembahan hingga datangnya hari raya Galungan.
Untuk itu, umat Hindu agar membuat upacara parerebon di sanggah ataupun di parhyangan dengan sesajen parerebuan, pangraratan, dan berbagai bunga harum.
Selanjutnya untuk Sugihan Bali, sebagai hari baik bagi umat manusia untuk menyucikan diri lahir dan batin. Oleh sebab itu, umat Hindu agar melakukan persembahyangan. Dengan cara mengheningkan pikiran, serta memohon air suci panglukatan dan pabersihan kepada pendeta.
Dalam Sundarigama, bahwa makna hari suci pada Wuku Sungsang adalah untuk menjernihkan pikiran. Sehingga lebih siap menghadapi fenomena perubahan wujud dan peran dewa yang terbalik atau sungsang.
Maksudnya adalah peran sebagai pelindung, ke peran sebagai penyebar perselisihan. Sesuai dengan makna kata sungsang, di dalam lontar Sundarigama koleksi Gria Gede Banjarangkan Klungkung berarti sungsang adalah dewa yang berbeda rupa.
Kata bheda itu dapat berarti berbeda, lain, salah, atau menyebarkan perselisihan. Dalam kutipan “sungsang ngaran dewa bheda rupa”. (BP/OKA)