Informasi: Rubrik Sastra Balipolitika menerima kiriman puisi, cerpen, esai, dan ulasan seni rupa. Karya terpilih (puisi) akan dibukukan tiap tahun. Kirim karya Anda ke [email protected].

Politik

Patung Pendiri HK di Pelangkiran, Susena: Itu Menyalahi Etika

DENPASAR (BaliPolitika.Com)- Abhay Charanaravinda Bhaktivedanta Swami Prabhupada pendiri Masyarakat Internasional Kesadaran Kresna alias Gerakan Hare Krishna membuat heboh masyarakat Indonesia, khususnya Hindu Bali, Jumat (24/07/2020). Sosok yang menegaskan bahwa Hare Krishna berbeda atau bukan agama Hindu itu hadir dalam wujud mini dan diposisikan dalam sebuah pelangkiran.

Pelangkiran dimaksud adalah sarana persembahyangan bagi umat Hindu yang digunakan untuk menyembah dewa atau dewi tertentu. Foto yang beredar tersebut jadi heboh karena Abhay Charanaravinda Bhaktivedanta Swami Prabhupada bukanlah dewa. Sosok yang meninggal dunia pada 14 November 1977 itu juga bukanlah penganut agama Hindu.

Menyikapi hal tersebut, Ketua Pusat Koordinasi Hindu Indonesia (Puskor Hindunesia), Ida Bagus Ketut Susena menyebut hal tersebut menyalahi etika penempatan simbol suci. Sesuai keyakinan masyarakat Hindu, khususnya di Bali pelangkiran adalah stana atau linggih Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widhi Wasa.

“Jelas menyalahi etika penempatan simbol suci yang benar pada sebuah pelangkiran atau media yang menyerupai stana (linggih) yang digunakan oleh umat Hindu di Bali. Sebagaimana kita terapkan di Bali, pelangkiran adalah stana atau linggih dari wujud niskala suci bethara, dewa atau Hyang Widhi.  Bukan manusia sekala. Apalagi patung seseorang yang tak ada hubungannya dengan keyakinan Hindu Bali,” tegasnya.

Ida Bagus Ketut Susena mengajak masyarakat untuk lebih cerdas dan setia pada warisan leluhur Bali yang adi luhung. “Hanya orang keblinger yang mau menempatkan itu (patung Abhay Charanaravinda Bhaktivedanta Swami Prabhupada, red) di pelangkiran,” tegasnya. (bp)

Berita Terkait

Baca Juga
Close
Back to top button

Konten dilindungi!