BULELENG, Balipolitika.com- Demokrasi, layaknya anyaman bambu, tidak lahir dari satu bilah tunggal. Ia menjadi kokoh karena dirangkai bersama oleh kesadaran, partisipasi, dan suara hati rakyat.
Di Desa Tigawasa, Kecamatan Banjar, Kabupaten Buleleng, makna ini terasa begitu nyata saat Bawaslu Bali bersama Bawaslu Buleleng hadir menyapa para perajin bambu dan warga setempat, Selasa, 3 Juni 2025.
Koordinator Divisi Pencegahan, Partisipasi Masyarakat dan Hubungan Masyarakat (Kordiv P2H) Bawaslu Bali, Ketut Ariyani, didampingi oleh Kordiv P2H Bawaslu Buleleng, Gede Ganesha, bersama rombongan, turun langsung menemui masyarakat. Mereka berdialog, mendengarkan aspirasi, dan menyerap semangat warga yang telah menjadi bagian dari perjalanan demokrasi di Buleleng.
Dalam kesempatan tersebut, Ariyani menyampaikan bahwa kunjungan ini bukan sekadar agenda formal, melainkan bentuk nyata dari upaya membangun kedekatan dan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi.
“Demokrasi tidak hanya hadir di bilik suara atau ruang-ruang formal, tetapi juga hidup dalam aktivitas sehari-hari masyarakat, seperti di bengkel kerja para perajin bambu ini. Dari mereka, kita belajar bahwa kolaborasi dan ketekunan adalah fondasi yang sama pentingnya dalam membangun demokrasi yang kuat,” ujar Ariyani.
Ia juga menegaskan bahwa keterlibatan masyarakat merupakan bagian vital dari pencegahan pelanggaran pemilu.
“Kalau demokrasi kita analogikan sebagai anyaman ini, Bawaslu hanya satu lintang bambu saja, bapak ibulah bambu lainnya yang terajut menjadi satu kesatuan bersama kami. Membentuk sebuah keindahan yang kita sebut demokrasi yang inklusi,” jelasnya di hadapan para pengrajin bambu.
Menanggapi hal tersebut, I Made Suadarmayasa, Perbekel Desa Tigawasa, mengiyakan bahwa filosofi demokrasi sangat dekat dengan kehidupan masyarakat perajin di desanya.
Ia melihat kerja sama dan rasa memiliki sebagai kunci utama dalam menjaga nilai-nilai demokrasi.
“Saya sepakat dengan analogi Bawaslu Bali. Di desa kami, setiap anyaman tidak bisa selesai jika hanya dengan seutas bambu. Begitu juga demokrasi, tidak bisa berjalan kalau hanya satu pihak yang bergerak. Harus ada rasa saling percaya dan komitmen dari semua penyelenggara, pemerintah, dan tentu masyarakat,” ujar Suadarmayasa.
Salah satu suara yang mencuri perhatian datang dari Putu Indrayana, atau yang akrab disapa “Bimbo”. Warga Tigawasa ini menyampaikan rasa bangganya bisa terlibat langsung dalam menyukseskan pesta demokrasi lima tahunan.
“Kalau bagi tiang sendiri, tiang ada rasa senang dan puas ketika dapat terlibat, yen ngortaang upah 1 hari, dong je liunan tiang maan dadi pengrajin buk, tapi rasa puas yang didapat saat itu tentu berbeda dengan kegiatan yang setiap hari tiang lakukan,” ujar Bimbo yang menceritakan pengalamannya tergabung dalam penyelenggara pada Pilkada 2024 lalu.
Menurutnya, sebagai masyarakat punya porsi besar dalam menyukseskan proses demokrasi. Ia juga memberikan apresiasi terhadap kinerja penyelenggara.
Partisipasi seperti ini menjadi bukti bahwa masyarakat semakin sadar akan pentingnya demokrasi dan peran aktif mereka dalam menentukan masa depan daerah. Dengan keterlibatan masyarakat yang luas, Pilkada bukan hanya menjadi ajang politik, tetapi juga momentum persatuan, tanggung jawab kolektif, dan kemajuan bersama. (bp/ken)