BALI, Balipolitika.com – Dampak jebolnya jalan raya di Bajera, Tabanan, Bali, cukup mengkhawatirkan masyarakat Bali.
Sebab jalur ini penghubung, lalu lintas dari Jawa ke Bali, salah satunya lalu lintas perdagangan dari dua pulau. Jalur jebol di dekat Pasar Bajera ini, terjadi pada 6 Juli 2025.
Setengah badan jalan nasional tersebut jebol. Kondisi itu karena adanya gorong-gorong di bawah jembatan. Senderan gorong-gorong tergerus karena debit air besar, sehingga membuat jalan di atasnya ikut tergerus.
Saat kejadian, sejumlah kendaraan dengan kapasitas besar diminta putar balik atau mencari jalur alternatif. Sayangnya, jalur alternatif ini adalah menuju ke Singaraja.
Yang notabene merupakan jalur cukup ekstrem dan memutar agak jauh, jika mau ke pusat kota di Bali seperti Denpasar, Badung dan wilayah selatan lainnya.
Ini tentu menambah beban biaya, khususnya bagi pengusaha dan pegadang. Sehingga takutnya akan berimbas pada kenaikan harga, seperti harga bahan pokok yang selama ini memang pemasokannya dari Jawa.
Untuk itu, semua pihak berharap jalur Bajera ini segera pulih, sehingga pasokan barang bisa kembali normal seperti biasanya.
Selain itu, kendaraan penumpang pun harus mengalihkan lalu lintasnya. Bus AKAP terpaksa melewati Buleleng dan Bedugul, seperti PO Bus Gunung Harta.
Operator Tiket PO Bus Gunung Harta, Ni Luh Putu Widyani mengatakan pengalihan rute ini sudah sejak dari dua hari lalu ketika mendapatkan informasi mengenai jalan jebol tersebut.
“Itu langsung alihkan rutenya. Karena jalan di sana jarang bus lalui, agak ekstrem jalannya dan sopirnya lebih hati-hati. Ada tambahan (pembelian) solar juga,” kata Widya.
Organda pun berkata biaya operasional menjadi lebih tinggi, dengan amblasnya jalur Bajera ini. Sehingga harapannya agar ada solusi nyata mengantisipasi ini dengan cepat. (BP/OKA)