DENPASAR, Balipolitika.com– Sebanyak 20 anak muda dari 9 kabupaten dan kota di Bali menyuarakan berbagai masalah di daerahnya melalui Beasiswa Liputan Anugerah Jurnalisme Warga (AJW) 2025 yang dihelat media jurnalisme warga BaleBengong. AJW tahun ini bertema Anak Muda Bicara Kota-kota di Bali dan malam penganugerahan dilaksanakan di Warung Tempo Dulu Kopi, Denpasar, Sabtu, 28 Juni 2025 malam.
Anak muda ini diajak untuk menggali dan menyajikan liputan mendalam tentang isu-isu dalam masyarakat sekitar dengan subtema lingkaran kemacetan, ruang publik, lapangan pekerjaan, permasalahan sampah, dan interaksi dalam masyarakat.
Dari Bangli, liputan berjudul Emas Hitam Kintamani: Anak Muda dan Masa Depan Pertanian oleh I Wayan Budi Adinanta, Navika Ajeng Rahayu, dan Reva Salsabilla Kurniawan. Sementara Badung tentang tantangan pekerja pariwisata daily worker dan rentannya pariwisata Bali oleh Ida Ayu Gde Pradnyawidari Dharmika dan Fatima Gita Elhasni. Sementara dari Klungkung anak mudanya menulis meningkatnya anak muda bekerja di kapal pesiar dan bertumbuhnya industri kain tradisional oleh Ni Komang Ari Budiani, Ni Ketut Juniantari, dan Osila.
Potret kesenjangan akses ruang publik berkesenian di Gianyar dipaparkan I Putu Wahyu Mahaputra dan I Made Dio Oktariadi. Sementara dari Bali barat ada Ni Putu Ayu Sri Parartha Maharani, Dona Halfinur, dan Gusti Agung Ayu Kade Rasmini mempertanyakan program Ecobrick di sekolah Jembrana.
Berikutnya dari Karangasem menulis tantangan pengelolaan sampah di tengah TPA yang overload oleh I Ketut Nararya Nusaridevasya, Ida Bagus Eka Aditya Wardana, dan Ni Putu Anik Mahaswari. Dari Bali utara ada liputan mengenai akses disabilitas di Taman Kota Singaraja oleh Ni Putu Vivi Apri Sumanti dan Putu Ayu Aprilia Aryani.
Tantangan perempuan tukang suun dan aksesnya di Pasar Badung dibahas tim Denpasar, Ayu Bintang Rena Sanjiwani Budhiarta, Made Indira Paramita, Nayika Kumara dengan judul Pasar Badung Berwajah Mewah, Tukang Suun Kian Lelah, Perlindungan Susah. Terakhir dari Tabanan ada ulasan mengenai balap liar dan ketiaadaan trek resmi oleh Kadek Hendrian Widiana,
Ni Kadek Sinta Dwi Utami, dan I Putu Restu Adi Nugraha.
Ketua Panitia AJW 2025, Sekar Pradnyandari mengatakan ada puluhan proposal dari seluruh kabupaten dan kota di Bali yang diterima kemudian dipilih sembilan tema merata di seluruh kabupaten dan kota. Peserta termuda adalah tim anak SMA di 3 kabupaten, mahasiswa, dan aktivis sosial. “Seluruh peserta didampingi mentor sesuai temanya, dan melalui AJW kali ini seluruh wilayah di Bali terwakili dengan isu sosialnya masing-masing,” ujarnya.
Malam penganugerahan AJW 2025 berlangsung guyub dihadiri ratusan orang dan berbagai komunitas yang mengikuti Pasar Sadar. Ini adalah pasar yang mempertemukan kreator barang dan jasa yang bisa ditelusuri asal-usulnya, mengutamakan guna ulang, dan dampak sosial. Tak hanya transaksi juga bisa barter.
Rangkaian acara juga diisi diskusi oleh Yayasan IDEP Selaras Alam tentang anak muda bicara air dan diskusi oleh seluruh penerima hibah AJW yang menyampaikan suka dukanya menjadi jurnalis muda. “Saya mempelajari hal baru, ternyata ecobrick yang dibuat di sekolah-sekolah juga bisa jadi masalah baru,” urai Sri, Dona, dan Ayu, siswa SMA di Jembrana yang memotret tantangan pengelolaan sampah plastik.
Malam AJW 2025 ditutup dengan lagu-lagu nostalgia berbahasa Bali oleh penyanyi legendari disabilitas netra De Alot duet dengan penyanyi mud aperempuan Ayuana diiringi musisi netra juga, Boby. “Lagu-lagu saya lebih dikenal tanpa tahu penyanyi aslinya,” senyum De Alot, ia menyontohnya Mejanji di Jalan dan Legu Galak-galak.
AJW 2025 didukung oleh Spendedirekt, Kota Kita, Yayasan IDEP Selaras Alam, I am an Angel, Mongabay Indonesia, Yayasan Mudra Saraswati, PPLH Bali, Tempo Dulu Kopi, Yayasan Wisnu, Antida, Taksu Reuse, Starlight Uniform, Bibit Pusaka Bali, Jendranath, Teman Sayur. (bp/ken)