MOMENTUM: (Kiri) Tokoh muda Bali, Ni Made Shri Yogi Lestari, (kanan) Haul ke-55 Bung Karno di Padepokan Majelis Dzikir Bumi Alit Padjadjaran. (Kolase: Gung Kris)
SERANG, Balipolitika.com – Tokoh muda asal Bali, Ni Made Shri Yogi Lestari mengatakan, momentum Haul ke-55 Bung Karno bukan hanya menjadi peringatan wafatnya Sang Proklamator, tetapi juga momentum menghidupkan kembali nilai-nilai kebangsaan dan budaya yang diwariskan oleh Sang Proklamator berdarah Bali tersebut. Hal itu disampaikan perempuan yang akrab disapa Shri Yogi tersebut disela-sela acara Peringatan Haul Bung Karno ke-55 di Padepokan Majelis Dzikir Bumi Alit Padjadjaran, Kampung Sijunjang, Desa Cikeusal, Kecamatan Cikeusal, Kabupaten Serang, Banten, Sabtu, 28 Juni 2025.
“Di haul Bung Karno ke-55 ini, kita sadar bahwa beliau meletakkan nilai-nilai luhur dalam dasar membangun Republik Indonesia,” ujar Shri Yogi Lestari.
Dalam rangkaian acara di Padepokan Majelis Dzikir Bumi Alit Padjadjaran, diisi dengan Dialog Kebangsaan bertajuk Sosialisasi Pencabutan TAP MPRS Nomor 33/MPRS/1967, di mana sejumlah tokoh lintas agama dan politisi hadir menjadi narasumber. Salah satunya, budayawan asal Bali, Shri Yogi Lestari, yang menekankan pentingnya memaknai Bung Karno sebagai tokoh bangsa dengan warisan budaya luhur.
“Nama beliau begitu harum. Bung Karno menjalani perjuangan panjang dalam getirnya Republik ini. Hari ini kita menyaksikan, dengan pencabutan TAP MPRS Nomor 33 Tahun 1967, fakta itu semakin jelas—bahwa Bung Karno, Bapak Bangsa, adalah seorang yang suci dan bersih,” tegas Yogi.
Ia menggarisbawahi bahwa Bung Karno adalah sosok pemimpin yang sepanjang hidupnya berjuang dalam getirnya perjalanan bangsa, sekaligus menjaga akar budaya Nusantara. Menurutnya, sosok Bung Karno tidak bisa dilepaskan dari warisan spiritual dan kultural yang mengakar kuat, termasuk pengaruh budaya Bali dalam pembentukan karakter kenegarawanan.
“Di Era Bung Karno, kekuatan politik menjadi ujung tombak perjuangan kemerdekaan, maka hari ini Tradisi dan Budayalah yang kita gaungkan untuk memperkuat kepribadian Bangsa Indonesia,” tambahnya.
Acara haul ini juga menjadi pengingat bahwa penghargaan terhadap jasa-jasa Bung Karno bukan semata ritual tahunan, tetapi tanggung jawab untuk merawat semangat persatuan, gotong royong, dan kebinekaan.
“Dengan Semangat Trisakti, yang berdaulat dalam politik, berdikari dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan, merupakan konsep yang dicetuskan oleh Bung Karno untuk mewujudkan kemandirian dan kejayaan bangsa Indonesia,” lanjutnya.
Selain itu ia juga menambahkan, dalam konteks ekonomi, semangat berdikari dalam Trisakti menekankan pentingnya kemandirian ekonomi, yaitu kemampuan untuk memenuhi kebutuhan bangsa tanpa ketergantungan yang berlebihan pada pihak lain.
“Pencabutan TAP MPRS itu bukan hanya keputusan politik, melainkan pengakuan bahwa kita sebagai bangsa harus kembali pada ajaran dan keteladanan beliau,” tutupnya. (bp/gk)