TERBAIK: Bali Festival Mengumumkan 34 Seniman Terpilih dari 10 Negara untuk Edisi Pertamanya. (Sumber: Gung Kris)
DENPASAR, Balipolitika.com – Bali Festival sebuah festival fotografi internasional di Bali yang akan berlangsung di Nuanu Creative City. Setelah satu bulan yang panjang, panggilan terbuka festival ini resmi ditutup dan menerima 247 karya dari 29 negara. Mewakili 10 negara dari Asia Tenggara, Asia Pasifik, hingga Eropa, sebanyak 34 seniman akan menampilkan karyanya di festival 23 hari ini yang dimulai dari 26 Juli sampai 17 Agustus 2025, dikutip Kamis, 26 Juni 2025.
Dengan tema LIFE, festival ini akan menjadi platform bagi seniman fotografi global dan lokal. Karya yang dikurasi, termasuk karya foto, seperti buku foto dan multimedia menceritakan narasi dari LIFE yang mengungkap perubahan hubungan multidimensi antara manusia, asal-usul, dan budaya, melalui berbagai perspektif.
“Hal yang paling berkesan bagi saya adalah cara setiap seniman memperhatikan hal-hal yang sering kita lewatkan. Karya mereka menghadirkan diri mereka secara langsung meski tanpa kata-kata, karya fotografi dibentuk oleh memori, duka, ritual, dan koneksi antar manusia— yang terus melekat dalam diri kita. Di Nuanu Creative City, kami menciptakan ruang bagi ekspresi semacam ini; seni yang tidak terburu-buru untuk menjelaskan dirinya, tapi justru memberi ruang bagi kita untuk merenung dan merasakan,” Ungkap Director of FOTO Bali Festival.
Atal Pamo, seorang seniman visual dan fotografer asal India, menangkap momen-momen yang mengundang semua orang untuk merayakan kehidupan; I Wayan Ade Saputra, seorang UI/UX designer dan juga fotografer, menceritakan kehidupan orang Bali sehari-hari beserta kompleksitasnya melalui visual storytelling; Kim Hak, fotografer asal Kamboja, menginterpretasi kembali sejarah negaranya yang ditarik ke era Khmer Rouge; Tomasz Lazar, seorang dosen sekaligus fotografer asal Polandia, mengeksplorasi kehidupan masyarakat dan pikiran manusia.
“Perjalanan ini menjadi sumber motivasi kami,” said Ng Swan Ti and Gatari Surya Kusuma, Curators of FOTO Bali Festival. “Mengkurasi lebih dari ratusan karya menjadi sebuah tantangan, namun kami sangat bersyukur dan bersemangat. Saat proses kurasi, kami menemukan berbagai profil fotografer dan seniman yang mengambil tema keluarga dari perspektif yang berbeda-beda, mengupas cerita pribadi, kehilangan, kedukaan, dan juga selebrasi. Inilah cara kita semua menginterpretasi LIFE—keluarga menjadi inti support system—diikuti oleh hubungan kita dengan alam, budaya, dan sesamadalam kehidupan sehari-hari. Kami harap, semua hasil karya yang dikurasi akan mencerminkan percakapan yang sesuai antara kekayaan budaya Indonesia dan komunitas global.”
Dalam festival 23 hari ini, pengunjung akan disuguhkan berbagai acara programming. Program acara ini termasuk diskusi panel bertajuk Island Perspective; berbagai seri lokakarya yang dirancang untuk mempertajam storytelling melalui lensa, tanpa menurunkan kualitas karyanya; juga tur Nuanu Creative City saat sunset, menawarkan fotografer kesempatan untuk mengambil foto saat sunset di lokasi-lokasi terbaik. Festival ini dirancang untuk para fotografer—tidak hanya mempertajam lensa, tapi juga kualitas dari foto yang dihasilkan.
Seluruh seniman yang terlibat dalam FOTO Bali Festival, terdiri dari: Ali Monis Naqvi, Arum Dayu, Atal Pamo, Azkaluna, Carolina Krieger, Catharine Neilson, Divya Cowasji, Ennuh Tiu, Gabriella Morton, Gorkey Patwal and Anubha Verma, I Wayan Ade Saputra, Karolina Gembara, Kim Hak, Kresnanta, Lê Nguyên Phương, Mediana Tahir, Rangga Yudhistira and Wulang Sunu, Reza Kutjh, Rivo Abdulhaq, Rony Zakaria, Rugun Sirait, Ryan Andrew, Shindy Lestari, Shwe Wutt Hmon, Sophal Neak, Swastik Pal, Tomasz Lazar, Vickram Sombu, Yoese Mariam, Yoppy Pieter, Yusi Yuansa, dan Zishaan A Latif. (bp/gk)