Rabu pagi, pada 11 Juni 1924 di Praha cuaca cerah. Pada hari yang sama Lenin meninggal. Trotzki dicekal di Rusia, tapi Rusia jauh dari Praha. Di Italia sedang ramai aksi fasisme, tapi Italia jauh dari Praha. Di Amerika pada 3 Februari Woodrow Wilson meninggal, tapi Amerika jauh dari Praha. Di Jerman sedang ramai buku Mein Kampf, dan menarik sampai Praha.
Bagi kalangan sastrawan di Praha, hari itu sangat menyakitkan. Franz Kafka meninggal 8 hari lalu di Sanatorium, Kierling, Wina. Kematian Kafka bagi keluarga, teman-teman dan kenalannya bagaikan pukulan berat. Usia Kafka belum benar-benar 41 tahun. Meskipun prediksi kematian Kafka sudah lama disadari. Saya sendiri ikut menunggui kematian penyair Karl Brand di rumahnya di Praha.
Teman-teman sastrawan dan penyair Praha menyimpulkan kematian Kafka, bukan sebuah kematian, perlu dipahami sebagai nilai yang adil. Berbeda kematian dengan perang. Kematian dikehendaki Allah, sedang perang melawan kehendak Allah.
Pada suasana duka itu tak ada yang bersedia menjadi penyambut upacara kematian Kafka yang bisa menjabarkan siapa dan bagaimana sebenarnya Kafka? Bukan pula Max Brod yang selalu antusias tentang Kafka, tidak pula di otak filsuf Felix Weltsch, juga bukan peneliti agama Hugo Bergmann, termasuk Oskar Baum, yang sejak kecil menjadi favorit teman-teman dan teman dekat Kafka.
Saya masih ingat perkataan Felix Weltsch kepada saya suatu kali, “Saya akan lebih mencintai Kafka, kalau ia tak menjurus begitu dalam ke nihilisme.”
Saya bergabung, dimana mayat Kafka di peti akan dimasukkan ke lubang tanah yang sudah menganga. Terlihat dari keluarga, bekas pacar Kafka, Max Brod sangat sedih. Saya bersama dengan teman-temannya.
Pada waktu itu mereka masih muda. Yang paling tua adalah Brod, Hugo Bergmann dan Oskar Baum. Mereka semua ini berusia awal 40-an tahun. Sedang Felix Weltsch, Ludwig Winder, Rudolf Fuchs dan Friedrich Thieberger (Kakak ipar saya dan guru bahasa Ibrani Kafka). Mereka ini masih berusia 30 tahun. Saya sendiri masih berusia 29 tahun.
Pada ritual pemakaman itu, hadir tak kurang dari 100 orang. Ketika posisi peti mati melorot miring, Dora Diamant berteriak histeris. Padahal peti itu baru dicoba untuk dicocokkan dengan ukuran lubang yang ada.
Jika tak ada orang yang bersedia memberikan sambutan, maka saya siap. Kami melempar tanah ke dalam makam. Tanah yang saya lempar masih saya ingat sekali; terang, berkelopak, seperti lempung, bercampur pecahan batu.
Saya pergi dengan seorang perempuan yang dikenal Kafka sejak kecil. Sampai akhir pemakaman tak ada sambutan. Ritual pemakaman itu selesai, setelah turun hujan.
Delapan hari kemudian, tepatnya, pada tanggal 19 Juni 1924, pukul 11.00 pagi diadakan penyambutan di gedung teater Jerman Kleinen Bühne. Sekitar 500 orang datang dan ruangan penuh. Mereka antara lain para penyair dan dramawan Praha, Hans Demetz, ayah Peter Demetz, peneliti sastra di USA.
Tahun 1959, 35 tahun dari acara ini, penerbit Hartfrid Voss di Munich meminta saya, agar teks sambutan saya bisa diterbitkan bersama sambutan yang lain. Judul yang disiapkan “Sang Jenius yang Tak Pernah Mati.”
Teks sambutan Max Brod hilang dan tak bisa ditemukan. Pada teks giliran saya, tapi saya tak memegangnya. Teks itu juga tertinggal di Praha tahun 1939, ketika saya pulang dari pengungsian.
Saya ingat bahwa teks sambutan saya itu pernah dimuat pada media Kunstblat di Berlin oleh Paul Westheim, beberapa bulan setelah acara itu. Sayangnya teks saya di media itu juga tak bisa ditemukan lagi. Kongres perpustakaan di Washington telah membantu mencarikan teks saya itu dan berhasil dikirimkan foto kopinya ke saya.
Ini sebuah perjalanan waktu yang cukup panjang, melewati tempat yang jauh. Barangkali sekarang saya akan mengatakan hal lain daripada sambutan saya dahulu, di saat saya masih remaja. Tetapi substansi sambutan saya untuk zaman sekarang masih relevan dengan karya Kafka.
***
Teks sambutan saya pada upacara kematian sastrawan Praha, Kafka, lebih panjang dari pada sambutan saya beberapa waktu silam yang dimuat di media seni Kunstblatt, di Berlin. Apa yang kurator coret, saya tak ingat lagi. Harusnya tak perlu banyak dicoret. Pada waktu dulu itu belum ada tanda-tanda ingin memprediksikan bahwa Kafka sebagai sastrawan besar dan berpengaruh, tentu tak seperti zaman kini.
Sambutan Mengenang Penghormatan kepada Franz Kafka
Saya melihat di ruangan ini berkumpul teman-teman dan para pengagum seorang manusia dan sastrawan. Sastrawan yang punya ciri menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dan telah meyakinkan lewat karyanya yang magis penuh nilai literasi.
Jika karena ia harus menjalani kesesuaian hidup tanpa henti dan telah mengabdikan diri pada seni, seperti itu lah sosok Franz Kafka. Jenis manusia langka yang ia jalani sebagaimana ia hidup dengan segala perjuangannya ke dalam bentuk prosa yang kuat dan berhati mulia. Dengan rasa humanis lewat kesopanan yang alami untuk menunjukkan kebenaran.
Kehidupan manusia jenis ini harus dihormati. Kematiannya telah menyatukan keporakporandakannya. Kematiannya sama sekali tak berkonotasi sesuatu yang negatif. Melainkan lebih dari jiwa besar yang realistis, sebuah titik pangkal yang misteri dan tumbuhnya solidaritas. Bagaimana kita bisa menunjukkan seluruh kehidupannya dari kebenaran, kemurnian, dan kesederhanaan untuk membangun pemahaman.
Lebih baik kita menghormatinya, daripada kita akan disadarkan oleh pemahaman kita sendiri? Bagaimana kita memperkaya sebuah generasi yang hidup dalam nilai-nilai yang berantakan. Dalam situasi seperti itu mendesak dengan keras untuk mengambil pelajaran guna terus melaju dengan penuh kemajuan. Daripada hanya membuat sebuah bagian sendiri dari diri kita?
Di luar kecerdikan yang kita peroleh dan pada keyakinan yang kami pegang tanpa penelitian, tampak bagi kami sudah terhubung dengan kematian ini, menjadi sebuah yang baru, sebuah hati yang akan berkembang lebih baik.
Di sinilah mungkin sebuah nilai, sebuah kebijakan, sebuah permakluman dari sebuah perpisahan. Kebenaran pada teman terhormat saya, hanya berada di sana di rumahnya, dimana jiwa dan kehidupannya tak bisa tanpa ditakar satu dengan yang lainnya.
Kebanyakan dari kita bisa dipastikan tak akan cocok, hanya pada sebagian kecil dari kita, mungkin setuju. Tetapi hanya di sana yang memiliki ciri khas alam humanis yang bersaudara dan menyatu dengan corak tulisan.
Orang bisa beranggapan bahwa alam, model tulisan merupakan hadiah sebuah keyakinan yang tak bisa dipegang… Manusia harusnya meyakini bukan sebagai seniman, apalagi sebagai manusia seni. Hanya kalau keduanya sama-sama ambruk, akan menghasilkan kata-kata yang lahir kembali. Franz Kafka adalah seorang yang fanatik terhadap kebenarannya sendiri yang terdalam.
Kita tahu bahwa pada seluruh karyanya tak ada satu baris pun yang berupa hiasan. Tentang prosanya yang berkualitas itu, tak ada sebuah tawa yang dipaksakan, sebuah perayaan yang dirancang. Capaian karyanya dengan beraneka fragmen buat kita merupakan sebuah bukti atas kebenaran yang ditonjolkan. Karena dia berjuang mengedepankan kebenaran dalam bentuk karyanya.
Ia membongkarnya, membongkar, karena ia ingin menunjukkan bagian terdalamnya, kebenaran terdalamnya, …begitulah, di mata saya. Ia hanya punya seorang kakak bernama Kierkegaard – dan hanya memiliki sebuah semboyan: sesuatu itu punya arti hanya sampai batas akhir pertahanan yang menyenangkan.
Sekarang hanya sedikit yang mengetahui, betapa dari kita menjuluki Franz Kafka sebagai maestro. Masih jarang seorang pada bidang sastra Jerman kontemporer kita dari tetangga yang sepadan.
Kita berterima kasih kepada Franz Kafka atas capaiannya– orang bisa katakan, tanpa ia menyadari dengan benar, …begitulah kita harus menanti, sampai semua organ tumbuh, yang sepatutnya.
Dari semua yang terdalam dan terindah untuk ditulis. Hari ini tampak antik dalam nilai-nilai modern. Mungkin harus berterima kasih kepada Knut Hansun, sastrawan besar dengan corak tulisannya. Selain Hansun aku tak kenal sastrawan lain.
Tetapi saya tahu, bahwa karya brilian dari sastrawan genius Franz Kafka akan selalu banyak diapresiasi nilai sastranya dan akan dicintai, menjadi warisan dengan sebuah kekuatannya sendiri yang semuanya bagus untuk direnungkan.***
BIODATA
Johannes Urzidil, lahir di Praha tahun 1896, meninggal 1970. Ia termasuk pengagum karya Kafka di lingkungan sastrawan Praha. Setelah perang dunia I ia bekerja di media Jerman dan koran lain di Praha sampai tahun 1933. Pada tahun 1939 ia beremigrasi ke Amerika dan bekerja sebagai editor penerbitan, kemudian berpindah sebagai penyiar pada Voice of America. Ia menulis puisi dan prosa.