DENPASAR, Balipolitika.com– Kabupaten Badung menerjunkan puluhan seniman anak-anak yang tergabung dalam Sanggar Seni Sudha Wirad, Banjar Pipitan, Desa Canggu Kecamatan Kuta Utara dalam Utsawa (Parade) Gong Kebyar Anak-anak serangkan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-47 Tahun 2025.
Tampil pada Senin, 23 Juni 2025 malam di Panggung Terbuka Ardha Candra, Taman Budaya Provinsi Bali (Art Center), anak-anak Badung bermain lepas di atas panggung saat menyuguhkan pesan bagaimana menyikapi hidup di antara masa dulu dan kekinian.
Dalam Parade Gong Kebyar Anak-Anak yang mempertemukan Sanggar Seni Sudha Wirad Canggu dengan Sanggar Seni Kembang Bali, Banjar Tunjuk Kelod, Desa Tunjuk, Kecamatan/Kabupaten Tabanan ini, Duta Kabupaten Badung tampil beda sejak awal.
Saat opening, penabuh Sanggar Seni Sudha Wirad diiringi dengan sedikit atraksi di atas panggung.
Di sela atraksi itu, mereka sambil melepaskan burung sebagai bentuk menjaga dan melestarikan alam.
“Dalam pementasan malam ini, di samping untuk peningkatan kreativitas anak-anak dan pelestarian budaya, kami juga menjaga harmonisasi alam. Saat opening di awal kami ada pelepasan burung perkutut sekitar 50 ekor yang telah kami lestarikan,” ujar Sekretaris Sanggar Sudha Wirad, I Putu Wahyudi Cahaya Putra.
Lebih lanjut saat pementasan berlangsung, Sanggar Seni Sudha Wirad membuka penampilan dengan sajian tabuh kreasi “Tala Bhanga” dengan penata tabuh I Nyoman Wiradarma Yoga, S.Sn. dan pembina tabuh Nyoman Astadi Jaya Pramana, S.Sn.
Tabuh kreasi ini menggambarkan ‘ritme yang pecah’ sebagai refleksi musikal tentang harmoni yang lebih jujur, bahwa bukan lahir dari yang seragam, tapi yang lahir dari pertentangan antara keindahan dan ketidakindahan.
Tabuh ini menyiratkan bahwa harmoni merupakan ruang yang memberi tempat bagi segala perbedaan untuk bersuara.
Kemudian sajian kedua, Sanggar Seni Sudha Wirad menampilkan Tari Tedung Sari dengan pembina tari Ni Nyoman Budawati, S.Sn. dan Ni Putu Leslyani, S.Sn. serta pembina tabuh I Gede Purnama Eka Saputra, S.Sn M.Pd. dan Agus Ari Priyastana, S.Sn.
Tari ini diciptakan pada tahun 1989 dan dikembangkan oleh I Nyoman Suarsa yang terinspirasi dari keberadaan sebuah properti yang sehari-hari digunakan masyarakat Bali sebagai sarana prasarana upacara, dengan pencipta tabuh I Nyoman Sudarma.
Sebagai pamungkas, Sanggar Sudha Wirad menampilkan dolanan “Kidal Kidul” dengan penata dialog I Made Ariawan, S.S., M.Si, penata tari I Wayan Tisna Dana, S.Sn, dan penata tembang Ni Putu Tina Ratna Puspa Dewi, S.Sn, penata iringan I Wayan Ardana, S.Sn., pembina tabuh I Gede Purnama Eka Saputra, S.Sn., M.Pd.
Dolanan berlangsung atraktif di atas panggung di mana tingkah polah anak-anak yang lucu, lugu, dan menggemaskan mengundang gelak tawa ribuan penonton yang memadati Tribun Ardha Candra.
Dolanan “Kidal Kidul” memberikan gambaran banyaknya perbedaan yang terjadi seiring perubahan zaman.
Anak-anak di masa kini memiliki beragam pilihan permainan, baik permainan tradisional maupun modern.
Namun tantangannya adalah menyesuaikan diri, tidak terpaku pada yang kuno, juga tidak larut pada hal modern.
Fleksibilitas ini diibaratkan Boko-boko, kura-kura kecil yang bebas bermain di air maupun di darat.
Makanya, di atas panggung disajikan dua jenis permainan di mana pada permainan tradisional, ditampilkan permainan melayangan dan medagang-dagangan.
Sedangkan permainan modern lebih pada penggunaan teknologi seperti game dan vlog.
Wahyudi Putra mengatakan, tema ini berangkat dari fenoemena Canggu sebagai salah satu wilayah Badung yang cukup maju di sektor pariwisata, namun anak-anak harus tetap memiliki ruang untuk bermain permainan tradisonal dan modern.
“Untuk dolanan memang kita melihat dari fenomena lapangan yang terjadi. Kami mencoba menuangkan fenomena itu ke dalam garapan dan juga propertinya juga mendukung. Di sini kami memberi pesan betapa pentingnya menjaga diri dari pengaruh modernisasi khususnya di gadget,” jelasnya.
Adapun dalam Gong Kebyar Anak-anak ini, Sanggar Seni Sudha Wirad melibatkan sebanyak 38 penabuh, 9 penari, dan 28 orang pemain dolanan.
Pemilihan seniman cilik yang akan tampil pun melalui proses seleksi.
“Proses awal kita sosialisasi di Kecamatan Kuta Utara. Yang daftar seleksi untuk dolanan 70 orang, tapi kita nyari 28 orang. Sedangkan tari kita nyari 9 orang, yang ikut 27 orang,” terang Wahyudi Putra.
Pihaknya menuturkan, proses latihan dilakukan pertama kali sejak 13 Februari 2025, dengan intensitas seminggu tiga kali latihan.
Namun memasuki bulan Juni 2025, latihan diintensifkan setiap hari. Pengaruh teknologi cukup menjadi tantangan tersendiri bagi penggarap dalam melatih anak-anak.
Sebab saat ini, ketergantungan pada HP tidak dapat dipungkiri.
“Di sini kami juga melatih fokus dan disiplin anak-anak. Kalau lagi latihan, HP mereka kami kumpulkan dulu. Setelah selesai, baru dikembalikan,” katanya. (bp/ken)