BADUNG, Balipolitika.com– Sejarah akan terukir di Nusantara, tepatnya Pura Pedarman Raja Mengwi yang dibangun tahun 1634, yakni Pura Taman Ayun, Badung, Bali pada Senin, 7 Juli 2025.
Ibarat Pura Taman Ayun yang 4 abad lebih mengaliri sawah-sawah sejak era Kerajaan Mengwi, tahun ini, Penglingsir Puri Ageng Mengwi, Anak Agung Gde Agung (76 tahun) berkomitmen tulus meneruskan pengabdian para pendahulunya lewat jalan spiritual.
Jalan spiritual ini dipilih Bupati Badung 2 periode (2005-2015) sekaligus Senator Republik Indonesia masa bakti 2019-2024 sebagai wujud penyucian diri memasuki masa Bhiksuka/Sanyasin agar fokus pada pengabdian kepada Ida Sesuhunan sekaligus menyebarkan ajaran kebaikan kepada umat.
Pengabdian totalitas itu diawali upacara suci “Bhiseka Ida Cokorda” yang akan dijalani tokoh kelahiran Badung, 25 Mei 1949 sebelum menerima anugerah dari 11 sulinggih.
Puncaknya, Ida Bhagawanta akan memakaikan “Destar Kebesaran” dan menyampaikan secara umum Bhiseka Ida Cokorda yang dilanjutkan dengan penyerahan tongkat komando oleh Ida Dalem pada Senin, 7 Juli 2025.
Seusai prosesi di Pura Taman Ayun, Anak Agung Gde Agung yang saat itu sudah berubah nama atau bergelar Ida Cokorda akan kembali ke Puri Ageng Mengwi didampingi Ida Pedanda Siwa di sebelah kiri dan Ida Pedanda Budha di sebelah kanan serta iring-iringan.
Di Merajan Puri Ageng Mengwi, Ida Cokorda akan mengikuti upacara Pedambel dan menyapa masyarakat untuk pertama kalinya dengan status anyar.
Sehari sebelumnya, Sabtu, 6 Juli 2025, momentum sakral ini akan menghadirkan Ida Bhatara Kawitan atau Pusaka Kerajaan Mengwi sekaligus dilakukan penyerahan tongkat komando dari para Penglingsir Asta Puri Ageng Mengwi kepada Anak Agung Gde Agung.
Prawartaka Karya Bhiseka Ida Cokorda Puri Ageng Mengwi ini terdiri atas Yajamana Karya, yakni Bagawanta Puri, Ida Pedanda Gede Putra Pemaron, Bagawanta Puri, Ida Pedanda Gede Putra Kekeran; Pengabih Yajamana yang terdiri atas Ida Pedanda Gede Ketut Pemaron dan Ida Pedanda Gede Putra Pemaron Sidemen; Tapeni Ida Pedanda Istri Rai (Griya Pemaron Baleran), dan Penasihat berasal dari 8 Penglingsir Asta Puri Ageng Mengwi.
Ida Pedanda Gede Ketut Pemaron dan Ida Pedanda Gede Putra Pemaron Sidemen menjelaskan bahwa karya “Bhiseka Ida Cokorda” Penglingsir Puri Ageng Mengwi, Anak Agung Gde Agung murni atas dasar keinginan mendalam untuk meningkatkan spiritualitas.
Upacara suci Bhiseka Ida Cokorda yang akan dijalani Anak Agung Gde Agung merupakan dorongan dari berbagai pihak, khususnya Asta Puri.
Singkat cerita pada Minggu, 15 Januari 2023 berlangsung Paruman Asta Puri atau pertemuan keluarga besar puri yang terdiri dari Puri Gede, Puri Selat, Puri Banyuning Bongkasa, Puri Mayun, Puri Anyar, Puri Kamasan, Puri Muncan Kapal, dan Puri Kapal Kaleran di Puri Saren Kauh Kamasan, Sibang, Badung.
Penglingsir Puri Kamasan, I Gusti Agung Gde Dirga mengusulkan agar Anak Agung Gde Agung sebagai Penglingsir Puri Ageng Mengwi segera “Mebhiseka Ratu Ida Cokorda”.
Namun, kala itu, Anak Agung Gde Agung membalas dengan ucapan terima kasih dan memilih lebih fokus dalam merenovasi Pura Luhur Seseh.
Seiring berjalannya waktu, permintaan tersebut muncul kembali pada Parum Semeton Puri, Minggu, 13 Agustus 2023.
Dalam pertemuan keluarga besar puri itu semua peserta sepakat meminta agar Anak Agung Gde Agung “Mebhiseka Ratu Ida Cokorda”.
Dukungan yang sama juga disampaikan dalam beberapa kali rapat oleh krama atau masyarakat dari 38 desa adat anggota Mangu Kerta Mandala, Kecamatan Mengwi.
Mangu Kerta Mandala adalah wadah atau forum bagi seluruh bendesa adat se-Mengwi yang berperan penting dalam menjaga kelestarian adat, agama, dan budaya.
Setelah berpikir dalam rentang waktu yang cukup lama dan dengan mempertimbangkan pentingnya meneruskan tradisi (dresta) puri, menjaga eksistensi Puri Ageng Mengwi, dan peningkatan kualitas keimanan diri, akhirnya Anak Agung Gde Agung menerima permintaan semeton puri yang didukung oleh krama Desa Adat Mangu Kerta Mandala Kecamatan Mengwi. (bp/ken)