DENPASAR, Balipolitika.com- Meski Pemilu dan Pilkada Serentak 2024 telah usai, semangat menjaga demokrasi tidak boleh berhenti.
Ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Provinsi Bali, I Putu Agus Tirta Suguna menegaskan bahwa proses demokrasi bukan sekadar soal memilih, tetapi soal merawat kehidupan berbangsa secara bersama-sama.
Hal ini disampaikan dalam rapat konsolidasi secara daring yang digelar Rabu 11 Juni 2025.
Pria asal Gianyar tersebut menegaskan bahwa pengawasan pemilu bukan hanya tugas lembaga pengawas semata, melainkan tanggung jawab seluruh elemen masyarakat.
“Pemilu boleh berakhir, tetapi spirit pengawasan harus terus dipupuk di masyarakat. Demokrasi adalah sistem hidup yang kita pelihara bersama, bukan hanya saat masa kampanye atau pencoblosan, tetapi setiap hari, dalam pikiran, dalam sikap, dan dalam tindakan kita sebagai warga negara,” ujar Suguna.
Menurutnya, salah satu tantangan terbesar usai kontestasi politik adalah menjaga persatuan di tengah perbedaan pandangan politik.
Suguna mengingatkan agar perbedaan pilihan tidak dijadikan alasan untuk memecah belah sesama anak bangsa.
“Perbedaan pandangan politik itu wajar dalam demokrasi. Tapi jangan sampai kita terjebak pada fanatisme yang membutakan, apalagi sampai merusak persaudaraan kita. Demokrasi yang sehat justru tumbuh dari sikap kritis terhadap proses, bukan saling menyerang sesama,” tegasnya.
Suguna juga meminta jajarannya untuk mengajak masyarakat terus kritis terhadap proses-proses demokrasi, aktif mengawasi, serta berani menyuarakan hal yang benar.
Namun ia menekankan, sikap kritis harus disalurkan secara konstruktif, bukan destruktif.
“Kita harus membangun kesadaran publik bahwa, musuh utama demokrasi bukan perbedaan, melainkan kebencian yang dipelihara karena perbedaan. Spirit demokrasi bukan soal siapa yang kita dukung, tapi bagaimana kita bersikap adil kepada siapa pun yang terpilih,” pungkasnya dihadapan Bawaslu Kabupaten/Kota. (bp/jk/ken)