BALI, Balipolitika.com – Gubernur Bali, Wayan Koster, segera meluncurkan Program Satu Keluarga Satu Sarjana bagi keluarga tak mampu di Bali.
Koster pun menggelar pertemuan bersama seluruh Rektor dan Direktur Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta (PTN-S) se-Bali di Ruang Rapat Kertha Sabha, Jaya Sabha, Denpasar, Senin (2/6).
Pada pertemuan dihadiri rektor dari 26 PTN-S se-Bali ini sebagai tindak lanjut program ‘Satu Keluarga Satu Sarjana’.
Dalam pertemuan tersebut, Koster memaparkan pentingnya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) Bali melalui akses PT yang merata dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu upaya strategis mendorong agar dalam satu keluarga di Bali, setidaknya ada 1 anak yang bisa menempuh pendidikan hingga jenjang Sarjana.
“Program satu keluarga satu sarjana prioritas bagi para lulusan SMA/SMK yang berasal dari keluarga kurang mampu di seluruh Bali,” kata Koster.
Adapun skema pelaksanaan program ini melalui kolaborasi dengan seluruh kampus. Koster menjelaskan bahwa ada beberapa pola yang akan jadi penerapan.
Pertama, perguruan tinggi akan menyediakan kuota khusus dengan biaya pendidikan gratis bagi 25 hingga 100 mahasiswa baru yang memenuhi kriteria.
Kedua, untuk PTN akan berlaku keringanan biaya kuliah melalui skema Uang Kuliah Tunggal (UKT) kategori 1 sebesar Rp 500.000 per semester, dan kategori 2 sebesar Rp 1.000.000 per semester.
Ketiga, Politeknik Negeri Bali juga menawarkan jalur diploma 2 melalui skema fast track atau jalur cepat selama tiga semester, dengan total biaya hanya Rp 1.500.000.
Lulusan dari program ini akan mendapatkan ijazah vokasi diploma 2 dan untuk langsung masuk dunia kerja.
“Semua siswa yang mendapatkan program satu keluarga satu sarjana akan mendapat bantuan biaya sebesar Rp 1.400.000 per mahasiswa per bulan selama kuliah, untuk kebutuhan kos, makan, dan transportasi,” beber Koster.
Bantuan biaya sebesar Rp 1.400.000 per mahasiswa per bulan, hingga selesai kuliah bersumber dari APBD Semesta Berencana Provinsi Bali Tahun Anggaran 2025.
Program ini akan mulai pada Penerimaan Mahasiswa Baru (PMB) pada Agustus 2025. Untuk memastikan pelaksanaan program berjalan optimal, Koster telah menugaskan tim khusus guna menyusun skema teknis dan petunjuk pelaksanaan.
Koster juga menugaskan tim khusus untuk menyusun petunjuk teknis pelaksanaan, agar program dapat berjalan tepat sasaran dan berkelanjutan.
“Ini bagian dari komitmen Bali menuju masa depan yang lebih berdaya saing, adil, dan berkeadaban,” kata Koster.
Koster pun mengajak semua rektor PT gotong royong mengembangkan SDM Bali Unggul melalui program satu keluarga satu sarjana.
Juga berdedikasi bersama untuk membangun masa depan generasi muda Bali sekaligus memperkokoh peradaban Bali.
Para rektor yang hadir dalam pertemuan tersebut menyatakan dukungannya terhadap program yang Gubernur Bali gagas ini.
Mereka menilai inisiatif ini sangat mulia karena menyasar langsung persoalan akses pendidikan bagi masyarakat kurang mampu di Bali.
Pertemuan ini, hadir Rektor Universitas Udayana, Undiksha, ISI Denpasar, Direktur Politeknik Negeri Bali, Direktur Poltekpar Bali, Direktur Poltekkes Denpasar, serta jajaran pimpinan dari 20 lebih perguruan tinggi swasta di Bali, termasuk Universitas Warmadewa, Undiknas, Universitas Mahasaraswati, UNHI, Universitas PGRI Mahadewa, Instiki, dan lainnya.
Sarjana atau individu dengan latar belakang pendidikan tinggi dapat membawa banyak manfaat dalam rumah tangga, antara lain:
1. Kemampuan Analisis: Sarjana cenderung memiliki kemampuan analisis yang baik, sehingga dapat membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih tepat dan bijak dalam mengelola rumah tangga.
2. Kemampuan Mengelola Keuangan: Dengan pengetahuan ekonomi dan manajemen yang diperoleh selama studi, sarjana dapat lebih efektif dalam mengelola keuangan rumah tangga, membuat anggaran, dan merencanakan investasi.
3. Kemampuan Problem-Solving: Sarjana biasanya terlatih untuk menyelesaikan masalah dengan pendekatan yang sistematis dan logis, yang sangat berguna dalam menghadapi berbagai tantangan dalam rumah tangga.
4. Kemampuan Komunikasi: Sarjana sering kali memiliki kemampuan komunikasi yang baik, yang membantu dalam membangun dan memelihara hubungan yang harmonis dengan anggota keluarga.
5. Kemampuan Adaptasi: Sarjana cenderung memiliki kemampuan adaptasi yang baik terhadap perubahan dan tantangan baru, yang sangat penting dalam menghadapi dinamika kehidupan rumah tangga.
6. Kemampuan Mendidik Anak: Dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki, sarjana dapat berperan aktif dalam mendidik anak-anak, membantu mereka dalam tugas sekolah, dan menanamkan nilai-nilai positif.
7. Kemampuan Mengelola Waktu: Sarjana biasanya terlatih untuk mengatur waktu dengan efektif, sehingga dapat menyeimbangkan antara tanggung jawab pekerjaan, keluarga, dan pribadi.
8. Kemampuan Mengembangkan Keterampilan: Sarjana dapat membantu anggota keluarga lainnya untuk mengembangkan keterampilan baru dan meningkatkan pengetahuan, baik melalui bimbingan langsung maupun dengan menjadi contoh yang baik. (BP/OKA)