DENPASAR, Balipolitika.com- Indonesia saat ini sedang mengalami fenomena kemarau basah, yaitu kondisi cuaca yang cukup langka di mana hujan tetap turun meskipun sudah memasuki musim kemarau.
Fenomena ini menarik perhatian banyak pihak karena membawa dampak signifikan, baik positif maupun negatif, terhadap kehidupan masyarakat.
Apa Itu Kemarau Basah?
Kemarau basah adalah istilah untuk menyebut kondisi anomali cuaca ketika hujan masih terjadi pada periode yang seharusnya kering.
Fenomena ini dipicu oleh sejumlah gangguan atmosfer global, seperti Madden-Julian Oscillation (MJO), gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuator.
Gangguan-gangguan ini mendorong terbentuknya awan hujan meskipun Indonesia berada dalam periode kemarau.
Menurut data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), sekitar 26% wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami kemarau dengan curah hujan di atas normal.
Beberapa wilayah yang terdampak antara lain sebagian besar Jawa Barat, Bali, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.
Fenomena kemarau basah membawa dampak yang beragam:
Dampak Positif:
- Mengurangi risiko kekeringan ekstrem di beberapa wilayah.
- Menjaga ketersediaan air untuk pertanian dan kebutuhan sehari-hari.
- Mengurangi potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).
Dampak Negatif:
- Peningkatan risiko penyakit akibat lingkungan yang lembap, seperti demam berdarah dengue (DBD), penyakit kulit, dan gangguan pernapasan.
- Potensi gagal panen akibat kelembapan berlebih pada tanaman yang seharusnya tumbuh optimal di musim kemarau.
- Gangguan aktivitas masyarakat, terutama di sektor pertanian dan transportasi.
Untuk meminimalkan dampak negatif kemarau basah, masyarakat diimbau untuk:
- Menjaga kebersihan lingkungan untuk menghindari genangan air yang menjadi tempat berkembangbiaknya nyamuk.
- Memperhatikan sanitasi dan pengelolaan limbah agar tidak menimbulkan penyakit.
- Mengatur jadwal tanam agar lebih adaptif terhadap perubahan iklim.
- Mengikuti informasi terbaru dari BMKG atau lembaga terkait untuk memantau perkembangan cuaca dan iklim.
Fenomena kemarau basah menjadi pengingat bahwa perubahan iklim semakin nyata dan kompleks.
Diperlukan kesadaran kolektif dan upaya mitigasi dari semua pihak agar dampak negatif dapat diminimalisir, dan potensi positif dapat dimanfaatkan dengan baik.
Tetap waspada, menjaga kesehatan, dan bijak menghadapi perubahan cuaca di sekitar kita. (bp/jk/ken)