BALI, Balipolitika.com – Yoga kini sangat populer di semua kalangan, bahkan hingga artis papan atas dan dunia juga sangat menyukai yoga.
Namun yoga sejatinya telah ada sejak dahulu kala. Ajaran yoga adalah bagian dari Sad Darsana, yang Maharsi Patanjali dirikan.
Beliau menulis ajaran yoga, dalam bukunya yang Yogasutra. Kitab Yogasutra terbagi atas empat bab, dengan 194 sutra. Bagian pertama Samadhi Pada. Isinya menerangkan tentang sifat, tujuan, dan bentuk ajaran yoga.
Pada bagian ini pula menjelaskan, ihwal adanya perubahan pikiran tatkala melakukan yoga. Pada bagian kedua Sadhana Pada.
Isinya menjelaskan, tentang tahapan pelaksanaan yoga. Cara mencapai Samadhi dan pahala yang akan oleh mereka yang telah mencapai samadhi.
Kemudian bagian ketiga Wibhuti Pada. Isinya mengajarkan tentang hal bersifat batiniah, tentang kekuatan gaib. Khususnya bagi mereka, yang melakukan praktek yoga.
Kemudian bagian keempat Kaiwalya Pada. Isinya melukiskan tentang alam kelepasan. Dan keadaan jiwa yang telah dapat mengatasi keterikatan duniawi.
Sehingga dari semua aspek ini, maka tujuan yoga adalah untuk mencapai bersatunya sang jiwa dengan jiwa yang maha agung.
Bahwa jiwa di setiap insan ciptaan manusia, adalah suci dan murni dasarnya. Namun karena adanya ikatan maya, yaitu berupa Tri Guna maka jiwa ini mengalami samsara atau kelahiran berulangkali.
Ini pula berkaitan dengan karmaphala, yang terjadi selama proses kehidupan insan makhluk hidup ciptaan Tuhan.
Sehingga ajaran yoga, oleh para pendahulu jadi sarana pendekatan kepada Hyang Suci atau Tuhan itu sendiri.
Menenangkan jiwa dan menyehatkan raga, serta membantu manusia lepas dari segala kepenatan pikiran duniawi.
Untuk itu, ajaran yoga merupakan anugerah luar biasa dari Maharsi Patanjali, khususnya bagi orang-orang yang ingin melaksanakan kehidupan rohani.
Menginsyafi orang-orang yang paham bahwa jiwa itu bebas, baik dari tubuh, baik dari indria, maupun pikiran yang terbatas.
Yang terpenting pula, bahwa ajaran yoga untuk memperoleh Wiweka Jnana, yaitu pengetahuan untuk membedakan antara yang salah dengan yang benar, sebagai dasar untuk mencapai kelepasan dari segala keterikatan.
Seperti halnya cita-cita umat Hindu, untuk mencapai moksa. Atau bersatunya atman dengan Brahman (Tuhan). Sehingga ajaran yoga juga sangat terkenal, sejak dahulu kala.
Khususnya bagi agama Hindu, karena ajaran ini ada dan termuat dalam kitab suci Hindu yaitu Weda. Termasuk turunannya seperti kitab Upanisad, Smrti, Itihasa, dan Purana.
Tujuan yoga pula, untuk menguatkan pikiran hening dan suci dari seseorang. Sehingga dapat menghayati ajaran suci Weda dengan semakin optimal.
Sehingga bisa dengan sungguh-sungguh menjalankan kebenaran agama Hindu. Sebab yoga mengajarkan, bahwa kelepasan melalui pengetahuan langsung terhadap perbedaan jiwa yang hal yang bersifat jasmani seperti badan, pikiran, dan sifat ke-aku-an manusia.
Hal itu dapat terwujud dengan pengendalian fungsi Indria, pikiran, dan rasa ke-aku-an itu sendiri.
Bahwa jiwa itu mengatasi segalanya, bersifat kekal abadi dan bebas dari penderitaan serta kematian.
Yoga pula merupakan jalan praktis, untuk mengenali kenyataan jiwa. Tentu saja dengan melalui tahapan-tahapan pelaksanaan yoga. Sehingga dapat mencapai kelepasan.
Tahapan-tahapan yoga di dalam Yogasutra, ada delapan tahapan dengan Astangga Yoga. Sedangkan dalam lontar Siwatattwa, bahwa tahapan yoga ada enam atau yang dengan sebutan Sadangga Yoga. Ajaran ini di dalam lontar Siwatattwa, sesuai dengan sad angga yoga dalam Maitri Upanisad.
Tahapan-tahapan yoga ini, bertujuan menghentikan geraknya pikiran atau yang sebutan dengan Cittawrtti Nirodha.
Dalam melaksanakan yoga, seseorang akan mengalami lima bentuk perubahan citta, atau pikiran. Di antaranya Pramana atau pengamatan yang benar. Kemudian Wiparyaya, yaitu pengamatan yang salah.
Wikalpa,atau pengamatan yang ada dalam kata-kata. Nidra, yaitu pengamatan dalam keadaan tidur atau mimpi.
Serta Smrti yaitu pengamatan terhadap apa yang teringat, dari sesuatu pengalaman. Kemudian dari perubahan citta inilah, sang jiwa di dalam diri memandang dirinya mengalami kelahiran, kematian, tidur, jaga, berbuat baik dan benar, serta masih banyak lagi.
Semua perubahan citta ini muncul dari klesa-klesa atau kesulitan-kesulitan yang merintangi. Yang menimbulkan kesusahan dan kesedihan dalam hidup ini.
Kelima klesa itu di antaranya, Awidya atau ketidaktahuan. Kemudian Asmita atau kesombongan dan ke-aku-an. Raga yaitu keterikatan dan kesukaan.
Dwesa yaitu kemarahan, keserakahan, dan antipati. Serta Abhiniwesa yaitu ketakutan berlebihan pada kematian.
Tujuan yoga adalah menghilangkan klesa-klesa ini, setidaknya mengurangi pengaruhnya dalam kehidupan. Walau sejatinya untuk menghilangkan klesa ini tidaklah mudah.
Sebab klesa ini menyertai semua makhluk sebagai warisan dari kehidupan sebelumnya. Sehingga dengan menyadari jiwa itu murni, manusia dan seluruh makhluk ciptaan Tuhan bisa mengurangi hal yang tidak baik. Dan meningkatkan hal baik dengan dibantu oleh yoga. (BP/OKA)