DENPASAR, Balipolitika.com– Media sosial begitu masih membagikan kisah pilu yang dihadapi C di mana ia menjadi korban bullying berujung penyiksaan fisik oleh teman satu sekolahnya di SMP PGRI 7 Denpasar, Jumat, 9 Mei 2025.
Kekerasan fisik hingga seragam sekolah yang dikenakan korban C robek, bibir berdarah, telinga berdarah, dan menderita sakit di sekujur tubuh dikutuk banyak pihak.
Kekerasan yang dialami siswi malang ini diunggah oleh sang ibu kandung di media sosial, Jumat, 9 Mei 2025 dan dibagikan oleh banyak netizen lainnya.
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Republik Indonesia Dapil Bali, Ni Luh Putu Ary Pertami Djelantik atau biasa disingkat Ni Luh Djelantik mengatakan kasus bullying hingga berujung kekerasan fisik tersebut sudah menjadi temuan Kepolisian Daerah (Polda) Bali.
“Matur suksma @renaktapoldabali. Perundungan baik psikis maupun fisik adalah benih kekerasan yang jika tidak ditindaklanjuti dan diberikan sanksi tegas maka dapat terulang kembali dan menimbulkan dampak yang membahayakan. Laporan perundungan terhadap putri dari Kadek Bagiari telah kami terima. Matur suksma @renaktapoldabali yang telah menindaklanjuti, hari Sabtu besok pagi akan dilaksanakan pertemuan antara pihak sekolah, korban, siswa yang terlibat beserta para orang tua,” ungkap Niluh Djelantik.
Sebelumnya, ibu korban C mengungkapkan unek-unek dan kekesalan atas musibah yang dialami C melalui media sosial.
“Begini anak-anak sekarang. Kalau ini tidak ditindaklanjuti, saya akan bertindak tegas. Selalu di-bully di sekolah karena nggak punya Bapak. Dikeroyok dibilang anak yatim, saya masih bisa terima. Tapi, kalau sudah main kekerasan, rambut dijambak, dipukul mulut sampai berdarah seperti ini, saya siap akan tindak lanjuti ini. Walaupun tidak punya bapak masih ada seorang ibu yang akan selalu ada dan siap melindungi,” tulis Kadek Bagiari, orang tua korban di akun media sosial (medsos) Kadek Bagiari.
Dikonfirmasi mengenai kondisi korban, sang orang tua mengaku saat ini sedang mengantar C untuk berobat ke rumah sakit sekaligus melakukan Visum et Repertum.
“Kejadiannya di sekolah. Dijambak, dipukul, perutnya ditendang. Niki tiang masih di jalan mau visum karena anak tiang mengeluh sakit,” ungkap ibu korban, Jumat, 9 Mei 2025 malam. (bp/ken)