Dengan Nama Apa Mesti Menyebut Sebuah Kota
jalanan dengan trotoar terkelupas
seperti sebagian kriteria yang diabaikan
dalam sebuah sensus ekonomi
jika masih ada yang bertanya tentang cinta
di sini cinta hanya gerombolan gema
gerutu samar urban di tembok kota
yang dilumur debu angin tropika
tak ada percakapan
tak ada perkataan
hanya dengung ribuan tawon
memenuhi setiap kepala
mesin mesin yang tergesa
hujan berwarna kelabu
menderas di papan iklan
yang tak henti berteriak:
belilah kami, belilah kami
teka teki masa depan kalian
di persimpangan jalan
dengan lampu lalu lintas redup
beberapa anak muda rajin
mendemonstrasikan data statistik
negara berkembang menuju malam
hari hari berbelok arah
jarum jarum jam patah
detak detik tak lebih dari kejumudan nasib
tak kuasa untuk menyebutkan
bahkan tentang ilusi oknum
siapa pembisik yang gemar menghilang
sebelum pagi menetaskan sangsi
Bekasi, 22 Maret 2025
Kemungkinan Jakarta dan Kenyarisan Agitasi
1/
jakarta bermimpi
menjadi lagu cinta
bagian dari masa remaja
yang pemalu dan bersahaja
2/
beberapa sosok rajin mendaur ulang
nostalgia dan romantika
kisah yang terus dikawal mesiu
saat zaman enak dan harga harga murah
begitu juga dengan nyawa
orang orang yang hilang lenyap
kembali hanya nama di dalam doa
tetapi partitur seperti amat standar
dan kaku dianggap tak cocok
dengan suasana zaman baru
sosok bermata gelap itu
bersiasat mengaglomerasi improvisasi
tetapi justru lagu makin terasa asing
tak bisa lagi dikenali
refrein telah berganti lirik
pun makin sumbang saja suara
seperti tersesat pada jalan gelap
di negeri tanpa lampu
segala arah adalah keruh simulakra
dan tak ada lagi tempat bertanya
bahkan untuk sekadar bercanda
lalu hanya ada koda
yang tetap mengangkut irama perih
berlarut larut ke pembuluh tahun tahun
tak beranjak dari ruang suram
seperti sejarah tengah merencanakan
nama penjagal sedang dipoles dan dirias
disulap jadi sosok pahlawan
3/
jakarta bergumam sendiri
tak ada teror dalam kepala babi
tetapi orang orang telah menukar waktu
menjadi kumpulan tanda seru
Jakarta, 22 Maret 2025
Perburuan Demokrasi
di sebuah negara jauh di sana
di bawah bayang bayang senja
berkabut dan malam tanpa bulan
menggema lagi dongeng lama
tentang hantu hantu pemuja pelatuk
yang hobi bernyanyi dengan teriak
dor dor dor
tak pernah kendor
ada yang mulai gatal lagi
kebelet kembali ke arena permainan
setelah berlumut di deret barak
karena berada di luar lingkar tarung
adalah kesepian paling primitif
seperti anak kecil yang hanya menonton
bermacam perlombaan
sementara mereka menyiapkan
begitu banyak bubuk mesiu
siaga dalam pengintaian
lalu menyerbu untuk merebut waktu
demokrasi seperti artis molek
yang diusung dalam kontes kecantikan
mereka pun ingin menyentuhnya
mereka pun ingin meminangnya
mengadopsi dijadikan boneka pajangan
ditaruh dalam lemari kaca di ruang tamu
hingga yang datang takjub pada kilaunya
siklus abad pertengahan
hadir mengalirkan mitos mitos
seperti banjir lahar membandang
menimbun lahan logika pengetahuan
bahkan kata kata terus dikawal
agar tak keluar dari jalur yang diinginkan
masihkah kita bisa percaya
saat terdengar kata kata
demokrasi akan tetap terjaga
sedangkan suara itu keluar
dari mulut panas pistol dan senapan
Bekasi, 18 Maret 2025
Wahai Mahasiswa: Kalian Ada di Mana
saat negeri tercabik dan lara
dirundung gelisah sengketa
pertanyaan tentang keadilan dan kesewenang wenangan
kata kata dari mulut orang orang kalap
haus kuasa juga tipuan bertiupan
melanda udara, kebingungan menganga
serta menyeruak di hamparan internet
dan keseharian yang menyengat
percik api telah muncul di segala penjuru
seperti berjalan hendak membakar
kota kota dan almanak yang digelar musim
dengan cuaca yang memerangkap
ruang ruang bisu dan pengap
wahai mahasiswa, kalian ada di mana
apakah tenggelam dalam sibuk
mencumbu mata kuliah mengejar nilai
hingga terus mendekam di ruang kelas
di kampus kampus yang teduh
di bangku bangku yang tenang
apakah akan kau biarkan jalanan lengang
tanpa nyaring suaramu
apakah karena abaimu telah bertimbun
dan membiarkan arah langkah bangsa
entah ke mana akhirnya
apakah penghuni dada dan kepalamu
tak meradang oleh gaung kekerasan
yang meracuni orang orang penyuka sensasi
tak terbacakah gelagat dan tanda tanda
masa depan yang bisa porak poranda
wahai mahasiswa, kalian ada di mana
apakah panggilan untuk kesembuhan luka
dari negeri yang telah tersayat ini
tak semenarik jatuh cinta dan asmaramu
barangkali malah kaupikir hanya pengganggu
golak golak pertiwi tak lagi menggoda
apakah kautunggu matahari padam
hingga kegelapan melanda seluruh bumi
hingga orang orang tak lagi mengenal
dirinya sendiri, kehilangan pandang
dan hanya tersaji pertarungan pertarungan
memperebutkan tafsir dari terang
masihkah kalian memburu rumus rumus
metode, model, dan teori di tebal buku
dan rimbun jurnal jurnal yang berkilau
lalu merancang riset yang anggun
sementara sekitarmu dalam deraan
rintih rintih yang satir dan getir
wahai mahasiswa, kalian ada di mana
aku rindu lantang teriakmu
bersama kebenaran
Bekasi, 11 Mei 2019
Mahasiswa: Mana Suaramu
ah, betapa senyapnya kampus kampus
rupanya kalian lagi khusyuk
merancang ruang bernama masa depan
dan carut marut keadaan berada jauh sekali
dari lingkar dan ingar sibukmu
masa depan
ah, bukankah tak berada di dalam mimpi
lembar silabus dan kurikulum
tetapi di luar ruang kelas
di luar pagar kampusmu
berada dan menjelma di kenyataan
yang terbuka di desa dan kota
di keluasan muka bumi
juga negeri ini
lalu mengapa tak ikut kau selamatkan
keadaan yang nanti menjadi tempat
singgah dan bertualang cahaya pengetahuan
sementara begitu banyak ancaman
dari kegelapan yang hendak menyekat
dan menyekap masa depan
serta tak membukakan pintu bagi percakapan
bukankah di mana pun
kebenaran tetaplah pijar
obor bagi langkah langkah menegakkan zaman
terngiang suara puluhan tahun lalu
tentang rakyat bersatu tak bisa dikalahkan
apakah hanya akan menjadi lagu kenangan
yang tak akan lagi dinyanyikan oleh kalian
segeralah tentukan nada dasar dengan sadar
dan bergeraklah dalam gemuruh
mengawal kebenaran sampai masa depan
agar tak putus ataupun padam
oleh kebiadaban setan setan pendendam
Bekasi, 12 Mei 2019
BIODATA
Budhi Setyawan, atau Buset, seorang dosen yang menyukai musik dan puisi. Buku puisi terbarunya Elegi Elegi Yogya (2024). Mengelola komunitas Kelas Puisi Bekasi (KPB). Instagram: busetpurworejo.