BALI, Balipolitika.com – Sudah bukan rahasia umum lagi, pernikahan dini atau nikah muda menjadi momok dalam melahirkan bad generation atau generasi yang buruk.
Ketidaksiapan mental, emosional dan finansial juga ancaman nyata dari pernikahan dini, yang berujung pada kemiskinan.
Sehingga membuat SDM terbatas pada pendidikan dan kehidupan layak. Hal ini pun harus menjadi atensi semua pihak, khususnya pemerintah.
Pernikahan dini, juga mengintai Bali yang notabene adalah daerah pariwisata yang terbilang ekonominya maju. Namun jika lihat di pelosok maka nikah muda masih hal biasa.
Data pernikahan dini di Bali menunjukkan kecenderungan peningkatan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, proporsi perempuan yang pernah kawin usia 15-49 tahun meningkat.
Fenomena pernikahan dini di Indonesia, termasuk di Provinsi Bali, juga menunjukkan peningkatan. Hal ini dapat dari data rata-rata umur kawin yang semakin menurun.
Selain itu, data dari Dinas Dukcapil Kabupaten Jembrana juga menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam perkawinan anak di bawah umur.
Wilayah dominan pernikahan dini di Bali, adalah di Kabupaten Jembrana. Berdasarkan data, terdapat peningkatan signifikan dalam perkawinan anak di bawah umur di wilayah ini.
Selain Jembrana, pelosok Karangasem juga harus menjadi atensi pernikahan dini ini. Pengaruh tradisi dan adat di Karangasem cukup kuat mendorong pernikahan dini.
Orang tua di Karangasem seringkali terlibat dalam proses pernikahan anak mereka, bahkan memutuskan untuk menikahkan anak mereka di usia dini.
Sisi lain, kemiskinan di Karangasem dapat mendorong orang tua menikahkan anak mereka di usia dini sebagai cara untuk mengurangi beban ekonomi.
Keterbatasan akses pendidikan di Karangasem, juga dapat membuat anak-anak lebih sulit melanjutkan pendidikan dan lebih mudah menikah di usia dini.
Kurangnya kesadaran tentang pentingnya pendidikan di Karangasem, dapat membuat anak-anak lebih sulit untuk melanjutkan pendidikan dan lebih mudah untuk menikah di usia dini.
Keterbatasan akses informasi tentang pentingnya pendidikan, dan bahaya pernikahan dini dapat membuat masyarakat di Karangasem kurang sadar tentang pentingnya pendidikan.
Keterlibatan masyarakat di Karangasem dalam proses pernikahan dini dapat membuat pernikahan dini lebih umum.
Padahal pernikahan dini dapat memiliki dampak negatif pada kesehatan, pendidikan dan ekonomi anak-anak dan remaja.
Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya pendidikan dan bahaya pernikahan dini di Karangasem, Jembrana dan wilayah pelosok lain di Bali.
Bahaya Pernikahan Dini
Pernikahan dini dapat memiliki dampak negatif signifikan pada kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan individu, terutama perempuan. Berikut beberapa bahaya pernikahan dini:
Bahaya Kesehatan
1. Kehamilan pada usia dini: Pernikahan dini dapat meningkatkan risiko kehamilan pada usia dini, yang dapat menyebabkan komplikasi kesehatan bagi ibu dan bayi.
2. Penyakit menular seksual: Pernikahan dini dapat meningkatkan risiko penyakit menular seksual (PMS) karena kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang kesehatan reproduksi.
3. Kekerasan dalam rumah tangga: Pernikahan dini dapat meningkatkan risiko kekerasan dalam rumah tangga, yang dapat menyebabkan cedera fisik dan emosional.
Bahaya Pendidikan
1. Pendidikan yang terganggu: Pernikahan dini dapat mengganggu proses pendidikan, terutama bagi perempuan, yang dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan dan keterampilan.
2. Kurangnya akses ke pendidikan: Pernikahan dini dapat mengurangi akses ke pendidikan, terutama bagi perempuan, yang dapat menyebabkan kurangnya kesempatan untuk mengembangkan diri.
Bahaya Sosial dan Ekonomi
1. Ketergantungan ekonomi: Pernikahan dini dapat meningkatkan ketergantungan ekonomi pada pasangan, yang dapat menyebabkan kurangnya kebebasan dan kesempatan untuk mengembangkan diri.
2. Kurangnya jaringan sosial: Pernikahan dini dapat mengurangi jaringan sosial, terutama bagi perempuan, yang dapat menyebabkan kurangnya dukungan dan kesempatan untuk mengembangkan diri.
3. Kurangnya kesempatan untuk mengembangkan diri: Pernikahan dini dapat mengurangi kesempatan untuk mengembangkan diri, terutama bagi perempuan, yang dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran tentang hak-hak dan kesempatan.
Dalam menghadapi pernikahan dini, sangat penting untuk meningkatkan kesadaran dan pengetahuan tentang bahaya pernikahan dini, serta memberikan dukungan dan kesempatan untuk mengembangkan diri bagi individu yang terlibat.
Solusi Atasi Pernikahan Dini
Pendidikan dan Kesadaran
1. Peningkatan kesadaran tentang bahaya pernikahan dini: Meningkatkan kesadaran tentang bahaya pernikahan dini melalui kampanye, seminar, dan workshop.
2. Pendidikan reproduksi dan kesehatan: Memberikan pendidikan reproduksi dan kesehatan yang memadai kepada anak-anak dan remaja.
3. Pendidikan hak-hak perempuan: Memberikan pendidikan tentang hak-hak perempuan dan kesetaraan gender.
Dukungan Ekonomi
1. Program bantuan ekonomi: Memberikan program bantuan ekonomi kepada keluarga yang membutuhkan untuk mengurangi kemiskinan.
2. Pemberdayaan ekonomi perempuan: Memberikan pelatihan dan dukungan ekonomi kepada perempuan untuk meningkatkan kemandirian ekonomi.
Dukungan Sosial
1. Pembentukan kelompok pendukung: Membentuk kelompok pendukung untuk anak-anak dan remaja yang berisiko mengalami pernikahan dini.
2. Dukungan dari tokoh masyarakat: Mengajak tokoh masyarakat untuk mendukung upaya mengurangi pernikahan dini.
Kebijakan dan Peraturan
1. Peningkatan usia minimal pernikahan: Meningkatkan usia minimal pernikahan untuk mengurangi pernikahan dini.
2. Pengawasan dan penindakan: Mengawasi dan menindak pelanggaran pernikahan dini.
Kerja Sama
1. Kerja sama antar lembaga: Mengajak lembaga-lembaga seperti sekolah, rumah sakit, dan organisasi non-pemerintah untuk bekerja sama dalam mengurangi pernikahan dini.
2. Kerja sama dengan masyarakat: Mengajak masyarakat untuk bekerja sama dalam mengurangi pernikahan dini dengan memberikan dukungan dan kesadaran. (BP/OKA)