ILUSTRASI – Sembahyang Pagerwesi, pahami makna dan sarana upakaranya dalam Hindu berikut ini.
BALI, Balipolitika.com – Hari ini tepat pada Rabu Kliwon Sinta, tanggal 12 Februari 2025, adalah hari suci Pagerwesi.
Dalam lontar Sundarigama, bahwa pada hari ini sebagai hari suci bagi Bhatara Paramestiguru melakukan yoga.
Bersama para dewata Nawa Sanga, guna menjaga kesuburan dan kesejahteraan segenap makhluk dan alam semesta.
Oleh sebab itu, umat Hindu agar melakukan persembahyangan di sanggah kamulan. Serta membuat sesajen berupa daksina, suci, pras, panyeneng, sasayut pancalingga, penek, ajuman, dan raka-raka wangi-wangi lengkap.
Sesajen ini kemudian haturkan kepada Sang Panca Mahabhuta di halaman sanggah. Terdiri dari segehan warna, sesuai dengan neptu arah mata angin.
Kemudian sesajen juga ada untuk manusia, terdiri atas sasayut pageh urip, prayascita, serta segehan agung satu tanding.
Dalam Sundarigama, makna sasayut pageh urip dan prayascita ini dalam perayaan Pagerwesi, adalah untuk kian memperteguh iman manusia.
Hal ini juga kata Ida Rsi Bhujangga Waisnawa Putra Sara Shri Satya Jyoti. Sesuai dengan kata Pagerwesi, dari kata pagar (pageh) dan wesi atau besi.
Bahwa Pagerwesi, secara filosofi juga untuk kian memagari diri dan ilmu pengetahuan yang telah turun saat Saraswati.
Sehingga kian terpatri di dalam diri. Sebelum hari suci Pagerwesi, umat Hindu sudah merayakan hari suci Saraswati, Soma Ribek, dan Sabuh Mas.
Dalam Sundarigama, pada perayaan Soma Ribek, umat Hindu mencapai kearifan, kelembutan, keramahan, dan kebijakan sesuai sifat soma itu sendiri.
Semuanya sempurna memenuhi diri umat (ribek). Hasil yang ingin tercapai dalam perayaan Soma Ribek, pada hakekatnya merupakan sumber kekayaan yang ada di dalam diri atau Sabuh Mas.
Sehingga semua hasil tersebut, wajib kemudian terjaga melalui pengendalian pikiran, perkataan, dan perbuatan (yoga samadhi).
Agar tetap bersih, suci lahir-batin (prayascita). Guna mempertahankan keselamatan jiwa dan raga umat manusia (pageh urip).
Sehingga dalam lontar Sundarigama, bahwa wuku Sinta adalah wuku kasih sayang. Baik kepada sesama manusia, makhluk lain di dunia, apalagi kepada Tuhan Yang Maha Esa. Termasuk menyayangi diri sendiri. (BP/OKA)