BADUNG, Balipolitika.com- Kilas balik ke tahun 2024, beberapa negara penyumbang wisatawan asing terbanyak ke Bali terdiri atas Australia, India, China, Inggris, Korea Selatan, Amerika Serikat, Prancis, Malaysia, Singapura, dan Jerman.
Menatap tahun 2025, pariwisata Bali dinilai menghadapi tantangan besar sekaligus peluang untuk tumbuh lebih baik.
Persoalan kemacetan lalu lintas, sampah, kriminalitas, demam berdarah musiman, dan sejenisnya menjadi sederet pekerjaan rumah pemerintah dalam rangka meningkatkan kualitas pariwisata Bali.
Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD Badung, I Wayan Puspa Negara memandang sinergitas semua pihak menjadi kunci menghadapi berbagai persoalan tersebut.
Termasuk masalah over-tourism, degradasi lingkungan, serta isu keamanan dan kenyamanan wisatawan di daerah Kabupaten Badung, khususnya Badung Selatan.
Atas segala permasalahan tersebut, khususnya target 7 juta kunjungan wisatawan mancanegara yang tidak tercapai pada tahun 2024, Puspa Negara menilai pemerintah harus lebih cermat di tahun 2025.
Puspa Negara merinci hingga akhir tahun 2024, kunjungan wisatawan mancanegara hanya mencapai 6,3–6,4 juta, sementara kunjungan wisatawan domestik mencapai target 10 juta.
Berusaha rasional di tahun 2025, Puspa Negara menyebut tahun ini Pemerintah Provinsi Bali menargetkan kunjungan wisatawan mancanegara sebesar 6,6 juta atau lebih rendah dari target tahun sebelumnya dan wisatawan domestik sebesar 10,8 juta.
Naiknya target wisatawan domestik jelas Puspa Negara tak terlepas dari laporan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Republik Indonesia yang menunjukkan sekitar 110 juta perjalanan wisata domestik pada 2025 di mana Bali memiliki potensi besar untuk menarik wisatawan domestik.
“Target tersebut lebih realistis dan berpeluang tercapai,” tandas Puspa Negara, Kamis, 2 Januari 2025.
Menyoroti kenyaman turis, Puspa Negara menambahkan total wisatawan yang memasuki Bali pada 2024 diperkirakan mencapai 16 juta dengan komposisi wisatawan lebih banyak terkonsentrasi di Bali Selatan.
Fakta-fakta ini menjadi tantangan serius karena menyebabkan over-tourism, degradasi lingkungan, dan kemacetan parah yang berimbas pada kenyamanan turis.
Puspa Negara menyoroti kurangnya strategi komunikasi pemerintah dalam menangani isu-isu negatif yang beredar di dunia internasional.
Ke depan, ia berharap Bali sebagai destinasi wisata global mampu menjawab berbagai tantangan tersebut dengan tetap mempertahankan nilai-nilai budaya lokal, keseimbangan lingkungan, dan inovasi dalam pengelolaan pariwisata. (bp/ken)