INISIASI: Tokoh muda Bali, Ni Made Sri Yogi Lestari. (Sumber: Pribadi)
DENPASAR, Balipolitika.com- Menyikapi adanya kabar tidak sedap, terkait Bali yang masuk daftar destinasi yang tidak layak dikunjungi pada 2025 akibat sektor pariwisata Bali yang berlebihan atau over toursim, Tokoh Muda Bali, Ni Made Sri Yogi Lestari mengatakan pariwisata Bali butuh pemerataan untuk menghadapi tantangan tersebut.
Dalam kesempatannya, saat dimintai tanggapannya terkait kabar tersebut melalui sambungan telepon, wanita yang akrab disapa Sri Yogi itu kepada wartawan Balipolitika.com mengatakan, pariwisata Bali butuh pembenahan lebih lanjut agar ketimpangan sektor pariwisata antara Bali Selatan dan Bali Utara yang terjadi saat ini tidak memberikan dampak serius terhadap isu Bali over toursim 2025.
“Bali butuh konsep pariwisata baru, perlu adanya pemetaan agar wisatawan yang datang ke Bali tidak terfokus di Bali Selatan saja. Pemerintah harus segera menyikapinya dengan memberikan solusi, wisatawan perlu diberikan pemahaman bahwa pariwisata Bali itu tidak hanya di wilayah selatan saja. Jadi, titik-titik lain harus diperkenalkan juga wisatawan yang berkunjung,” jelasnya, Selasa, 3 Desember 2024.
Selain itu, ia juga berharap pemerintah bisa berkomitmen untuk menuntaskan permasalahan yang terjadi di Bali, turut memberikan dampak buruk terhadap citra pariwisata Bali dimata internasional, agar dapat dijadikan introspeksi bagi sektor pariwisata Bali. Khususnya pada persoalan penanganan sampah, kemacetan lalu lintas, dan lainnya.
“Intinya Bali harus siap berbenah, kalau kita belum siap berbenah siap-siap saja untuk kita membuka peluang ekonomi lain selain pariwisata, saya berharap Bali tidak kehilangan auranya di 2025 hanya karena persoalan ini,” tegasnya.
Mengakhiri sesi wawancara, Sri Yogi menegaskan bahwa Bali sejatinya hanya memerlukan pemerataan sebaran wisatawan, bukan over tourism. Pemerataan tersebut harus dilakukan antara Bali Selatan, Bali Utara, Barat dan Timur, sehingga nantinya sebaran pariwisata bisa lebih merata. (bp/gk)