TABANAN, Balipolitika.com– Sesi tanya jawab Debat Terbuka Ketiga Pilkada Tabanan Tahun 2024 yang berlangsung di Bali Sunset Road Convention Center, Rabu, 20 November 2024 berlangsung panas.
Tensi tinggi ini dipicu sodoran pertanyaan dari Pasangan Calon Bupati dan Wakil Bupati Tabanan Nomor Urut 02, I Komang Gede Sanjaya, S.E.,- I Made Dirga alias Sandi dalam debat bertema “Menjaga Kebebasan Warga Negara dan Keharmonisan Kehidupan Sosial” yang dimoderatori oleh Anak Agung Mia Intentilia dan Made Dwi Setyadhi Mustika.
Selaku petahana, Sanjaya melontarkan pertanyaan yang seolah menyudutkan posisi Paslon Nomor Urut 01, I Nyoman Mulyadi-I Nyoman Ardika “Sengap” sebab hanya didukung oleh 9 dari total 40 kursi DPRD Tabanan; berbanding terbalik dengan Paslon Sandi yang diusung oleh 31 kursi DPRD Tabanan.
“Secara umum, di Indonesia, keterwakilan partai politik yang mayoritas akan menjamin stabilitas daerah dan mempermudah pencapaian visi-misi program daerah sebab sudah ada kesamaan visi-misinya. Bagaimana strategi Saudara-saudara untuk meyakinkan kepada partai politik mayoritas di legislatif yang jumlahnya 31 dari 40, yaitu PDI Perjuangan yang bukan mengusung Saudara untuk memahami dan menjalan visi dan misinya serta program Saudara seandainya sudah terpilih? Artinya, ketika di kabupaten Tabanan dari 40 anggota DPRD, 31 dari PDI Perjuangan, dan 9 dari partai lain, kira-kira bagaimana nanti menyelesaikan persoalan-persoalan pembangunan maupun pembahasan APBD di DPRD? Mohon pencerahan!” ungkap Sanjaya.
Merespons pertanyaan “menusuk” dari sang petahana, I Nyoman Mulyadi menjawab dengan tenang dalam bahasa yang dalam bahkan memuji pertanyaan Sanjaya.
“Terima kasih Pak Komang atas pertanyaan yang sangat bagus sekali. Pak Komang mungkin lupa tentang perjalanan kemarin waktu Pak Jokowi diusung oleh PDIP. Itu partai yang sangat kecil, melawan partai gemuk. Akhirnya pemerintahan Beliau berjalan dengan lancar dan terwujud dengan baik. Dan di Bali jangan lupa bahwa Pak Komang waktu Pak Mangku Pastika diusung oleh PDIP, habis itu dikeluarkan oleh PDIP, diusung oleh Demokrat dengan partai yang kecil, berjalan dengan baik. Kenapa bisa seperti itu, Pak Komang? Kita harus bisa berkomunikasi dengan baik karena para anggota dewan yang terhormat, kalau kita ajak untuk membikin yang lebih baik, para anggota dewan yang terhormat pasti mau, Pak Komang ya. Mudah-mudahan ke depan di Tabanan, Bapak-bapak anggota dewan yang terhormat, yang sangat baik, yang peka terhadap permasalahan yang ada di Tabanan, saya yakin seyakin-yakinnya pasti mendukung kalau memang itu tujuannya untuk masyarakat seluruh Tabanan. Kenapa seperti itu? Karena anggota dewan yang ada di Tabanan, anggota dewan yang terhormat pasti mau diajak untuk kebaikan masyarakat Tabanan yang maju dan sejahtera. Terima kasih, Pak Komang,” tegas I Nyoman Mulyadi.
I Nyoman Ardika “Sengap” menambahkan komponen yang bisa menyelesaikan segala permasalahan antara eksekutif dan legislatif serta yudikatif adalah kepentingan masyarakat.
“Semua akan berkomitmen jika tujuannya untuk Tabanan yang lebih baik. Pasti bisa. Astungkara,” tegasnya.
Penegasan Mulyadi-Sengap tersebut kembali ditanggapi oleh Sanjaya dengan menegaskan bahwa posisi 9 kursi yang merupakan modal sang rival tidak akan membuat mereka mulus menjalankan roda pemerintahan jika terpilih sebagai eksekutif.
“Pengalaman kami sudah 15 tahun di dalam kerangka membangun dunia politik di Kabupaten Tabanan. Dalam proses APBD, itu harus 2/3 anggota partai yang sama untuk melegitimasi apa yang menjadi kebutuhan masyarakat kita di Kabupaten Tabanan. Bayangkan ini 9 partai. Ketika rumusan masalah apapun yang diusulkan oleh mohon maaf, pasangan calon di dalam pembahasan APBD ketika partai kami dari PDIP yang jumlahnya 31 anggota DPRD melebihi 2/3 anggota, rasanya susah bisa diterapkan di Kabupaten Tabanan. Terima kasih,” tandas Sanjaya. (bp/ken)